Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 18:59 WIB | Jumat, 14 Agustus 2015

DPR: Pemerintah Perlu Kerja Keras Soal Defisit 2,1 Persen

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fadli Zon. (Foto: Dok.satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fadli Zon mengatakan terkait pemerintah mengusulkan RAPBN 2016 mengalami defisit sebesar 273,2 triliun rupiah atau 2,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) kedepan harus benar-benar kerja keras.

"Saya kira ke depan harus benar-benar kerja keras untuk pencapaian agar kita bisa menutupinya. Tentang masalah pajak tadi, target masih sangat tinggi. Jadi, jangan hanya berharap pada subjek pajak yang sama. Artinya, pajak yang sekian harus diapresiasi, mungkin ekstensifikasi pajaknya yang harus ditingkatkan sehingga bisa mencapai. Begitu juga kontribusi BUMN harus ditingkatkan," kata Fadli Zon di Gedung MPR/DPR/DPD, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, hari Jumat (14/8).

Selain itu, kata Fadli soal Kementerian Pekerja Umum (PU) yang mendapatkan anggaran lebih besar itu sangat tepat dalam kondisi sekarang ini.

"Kita perlukan adalah pembangunan infrastruktur padat karya. Sehingga nanti bisa membantu masyarakat yang kesulitan mendapat pekerjaan, bisa mendapat pekerjaan baru. Jadi, menurut saya dalam pembangunan infrastruktur ini cukup tepat," kata dia.

"Masalahnya adalah tinggal merekomendasikan atau merealisasikan. Karena sekarang saja penyerapan anggaran masih 26 persen, ini masih jauh dari target. Sementara ini sudah bulan Agustus, sehingga tinggal beberapa bulan lagi," tambah dia.

Fadli mengatakan saat Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Singapura pada beberapa waktu lalu. Dalam kunjungannya itu Jokowi akan membahas kerja sama bilateral di sektor perdagangan dan investasi bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Dengan demikian, kata Fadli Zon kalau melihat pidatonya Perdana Menteri waktu itu seakan-akan mengejek bangsa Indonesia soal permintaan investasi dari pemerintah Indonesia ke Singapura.

"Saya melihat pidato dari PM Singapura yang menurut saya pidato itu cukup kita introspeksi juga. Kalau saya sebagai orang Indonesia agak merasa terejek, karena dalam pidato itu kalau kita mengerti Bahasa Inggris, itu agak mengejek kita," kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home