Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 10:22 WIB | Senin, 24 Maret 2025

Drone Rusia Menyerang Sasaran Sipil di Odesa, Ukraina, Melukai Tiga Orang

Seorang warga mengendarai sepeda di dekat lokasi serangan drone Rusia, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Odesa, Ukraina, 11 Maret 2025. (Foto: dok. Reuters)

KIEV, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Rusia melancarkan serangan drone massal di pelabuhan Laut Hitam Ukraina, Odesa, hari Kamis (20/3) malam, melukai tiga orang dan merusak gedung apartemen bertingkat tinggi serta pusat perbelanjaan, kata gubernur daerah tersebut.

Oleh Kiper, yang menulis di aplikasi perpesanan Telegram, mengatakan telah terjadi serangan di tiga lokasi yang memicu kebakaran, sementara tiga distrik di kota tersebut mengalami pemadaman listrik.

Siaran publik Suspilne sebelumnya melaporkan lebih dari 18 ledakan di kota tersebut setelah pukul 20:00 malam (20:00 GMT).

Odesa telah sering menjadi sasaran serangan Rusia dalam perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun, khususnya fasilitas pelabuhan kota tersebut.

Gubernur wilayah Zaporizhzhia di tenggara Ukraina, Ivan Fedorov, melaporkan beberapa serangan di wilayah dekat kota Zaporizhzhia, termasuk satu bom berpemandu. Ia mengatakan lima orang terluka, termasuk seorang anak.

Pertemuan Koalisi

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada hari Kamis (20/3) mengatakan para pemimpin koalisi pendukung Ukraina akan bertemu lagi di Paris pekan depan, karena berupaya menyelesaikan rencana untuk mengamankan gencatan senjata potensial dalam perang dengan Rusia.

"Kami akan mengadakan pertemuan koalisi pendukung lainnya Kamis depan di Paris dengan dihadiri Presiden (Volodymyr) Zelenskyy," kata Macron kepada wartawan setelah pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels.

"Kami akan menyelesaikan pekerjaan kami untuk dukungan jangka pendek bagi tentara Ukraina, untuk mempertahankan model berkelanjutan bagi angkatan bersenjata Ukraina guna mencegah invasi Rusia, dan jaminan keamanan yang dapat diberikan oleh tentara Eropa," katanya.

“Seluruh proses akan dirampungkan dalam beberapa hari ke depan.”

Macron, bersama Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, telah memimpin upaya untuk membentuk koalisi guna mendukung Ukraina sejak Presiden AS, Donald Trump, membuka negosiasi langsung dengan Rusia bulan lalu untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.

“Kami telah melakukan banyak kerja sama dengan Inggris untuk mencari cara mendukung gencatan senjata,” kata Macron. “Itu penting untuk memastikan gencatan senjata apa pun kredibel, saat dan ketika itu terjadi.”

“Ini akan menjadi kesempatan untuk berdiskusi dan menyempurnakan,” tambah pemimpin Prancis itu.

Pada hari Kamis, Starmer menyelenggarakan pembicaraan dengan sekitar 30 perencana militer senior dari negara-negara yang tertarik pada koalisi tersebut, dan setelah itu mengatakan bahwa “niat politik” jaminan keamanan untuk Ukraina menjadi “kenyataan.”

“Baik itu terkait dengan apa yang mungkin terjadi di laut atau udara atau mempertahankan perbatasan, dan rencana-rencana itu akan segera terwujud,” kata pemimpin Inggris itu.

Masih ada pertanyaan mengenai apa yang dapat dilakukan kelompok tersebut setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuntut diakhirinya bantuan militer Barat ke Ukraina sebagai syarat untuk mengakhiri pertempuran.

Baik Starmer maupun Macron mengatakan mereka bersedia mengerahkan pasukan mereka sendiri di lapangan.

Namun, Rusia mengatakan tidak akan menerima kehadiran pasukan NATO di Ukraina dan Washington tidak memberikan indikasi bahwa mereka bersedia memberikan jaminan keamanan untuk pengerahan pasukan di lapangan. (Reuters/AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home