Dua Peristiwa pada Kamis Putih
Selamat melayani dan berbagi hidup!
SATUHARAPAN.COM – Pada Kamis Putih malam itu ada dua peristiwa besar yang terjadi (Lih. Yoh. 13:1-20). Peristiwa pertama ialah Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Peristiwa itu dilanjutkan dengan sebuah perintah agar para murid saling membasuh kaki. Pembasuhan kaki melambangkan kesedian untuk melayani.
Tindakan Yesus tentunya membuat para murid terperangah. Tentunya, mereka merasa tak enak hati, menyaksikan Sang Guru memutuskan serangkaian tindakan itu. Sang Guru tidak memerintahkan salah seorang murid untuk membasuh kaki mereka semua. Tidak. Dia sendiri yang melakukannya.
Kepemimpinan adalah Keteladanan
Dalam manajemen modern, di mana orang berpikir dan bertindak menurut tugas dan tanggung jawab yang diembannya, wajarlah jika seorang pemimpin memerintahkan bawahannya untuk melakukan tindakan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Namun, itu tidak diperbuat Yesus. Kepemimpinan di mata Yesus adalah keteladanan.
Pada masa itu, yang biasa terjadi, pelayanlah yang membasuh kaki tuannya atau muridlah yang membasuh kaki gurunya. Namun, Yesus membongkar pemahaman itu dan membangun pemahaman baru: Tuhan pun boleh, bahkan harus, membasuh kaki hamba-Nya; guru pun boleh, bahkan mesti, membasuh kaki para muridnya. Pada titik ini Yesus menampakkan diri sebagai pribadi merdeka.
Ketika Petrus memohon agar Sang Guru membasuh tidak hanya kaki, tetapi juga tangan dan kepala, Yesus menolak. Yesus tidak mau dipaksa. Ini contoh dari kemerdekaan sebuah tindakan. Yesus merdeka dalam bertindak, namun bukan berarti tanpa prinsip. Kemerdekaan tindakan-Nya itu ada dasarnya. Tidak asal bertindak. Juga tidak, yang penting beda. Bukan. Bukan itu! Dalam pandangan Yesus, siapa yang telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya.
Teladan dalam peristiwa pembasuhan kaki ini bukanlah pada pembasuhan kaki itu sendiri, tetapi dalam pikiran, sikap, dan tindakan Yesus sebagai manusia merdeka.
Makan Bersama
Peristiwa kedua ialah makan bersama. Peristiwa itu dilanjutkan dengan sebuah perintah agar para murid saling mengasihi. Jika pembasuhan kaki melambangkan kesediaan untuk melayani. Makan bersama melambangkan kesediaan untuk berbagi hidup.
Makan bersama semestinya memang berdasarkan kasih. Mengapa? Sebab berbagi makanan identik dengan berbagi hidup. Makanan merupakan kebutuhan primer manusia. Manusia bisa hidup tanpa sandang dan papan, tetapi tentu sulit hidup tanpa makanan.
Begitu pentingnya makanan sehingga Masao Takenaka, teolog Jepang, membuat buku yang berjudul Allah adalah nasi. Allah yang adalah sumber hidup itu dianalogikan dengan nasi yang juga adalah sumber hidup. Berbagi makanan berarti berbagi hidup. Dan berbagi hidup berarti bertindak sebagaimana Allah yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita.
Selamat Membasuh Kaki dan Merayakan Perjamuan Kasih! Selamat melayani dan berbagi hidup!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...