Dua Serangan Bersenjata pada Perayaan Idul Fitri di Quetta, Pakistan
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM - Sedikitnya 10 orang tewas dalam sebuah serangan di sebuah masjid di Quetta, Pakistan barat daya pada perayaan Idul Fitri. Kasus kekerasan ini terjadi sehari setelah pembom bunuh diri menewaskan 37 orang, serta peringatan pemerintah Amerika Serikat tentang ancaman keamanan di negara itu.
Sebuah serangan lain sebelumnya terjadi terhadap sebuah masjid muslim Sunni di kota Quetta, Pakistan barat daya Qetta, dan menyebabkan 30 orang terluka. Ini merupakan serangan kedua di tengah perayaan Idul Fitri di kota itu.
Serangan pada hari Jumat di ibukota provinsi Balukistan itu terjadi ketika sebagian besar orang Pakistan merayakan Idul Fitri. "Empat pria bersenjata melepaskan tembakan ketika orang-orang keluar dari masjid setelah shalat Ied," kata Bashir Ahmad Brohi, seorang pejabat polisi senior setempat di Quetta.
Brohi mengatakan, mantan menteri dari Partai Masyarakat Pakistan, Ali Madad Jatak, berada di masjid itu dan bisa saja dia menjadi target. "Tetapi kami belum yakin saat ini dan sedang menyelidiki," katanya. Dia menambahkan bahwa Jatak lolos tanpa cedera meskipun mobilnya terkena peluru.
Hanya beberapa jam sebelumnya, Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, memerintahkan peningkatan keamanan di seluruh negeri selama Idul Fitri.
Kekerasan di Quetta muncul di tengah peringatan pemerintah AS tentang adanya ancaman keamanan di Pakistan. Pemerintah AS telah memerintahkan evakuasi staf non esesial untuk meninggalkan kantor konsulat di Lahore setelah pihaknya menerima ancama serangan.
Departemen Luar Negeri juga memperingatkan warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke negara itu. Pengumuman tersebut adalah yang terbaru dalam peringatan yang lebih luas tentang ancaman serangan di sejumlah negara.
Situasi keamanan di Pakistan disebutkan sangat tegang. Ancaman keamanan cukup tinggi, namun Departemen Luar Negeri AS tidak menjelaskan ancaman apa yang telah diterima.
Penutupan Kedubes
Sebelumnya, Pemerintah AS telah menutup pelayanan pada 21 pos diplomatik di sejumlah negara yang sebagian besar mayoritas berpenduduk Muslim. Penutupan pelayanan itu dilakukan pada kedutaan besar dan konsulat di negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah.
Penutupan dilakukan karena adanya ancaman keamanan yang kemungkinan akan dilakukan oleh organisasi teroris yang terkait dengan al-Qaeda. Menjelang akhir Ramadhan, pemerintah AS memerintahkan penarikan staf non esensial pada kantor konsulat di Lahore, Pakistan, akibat meningkatnya ancaman keamanan di negara itu.
Pemboman di Quetta merenggut nyawa beberapa petugas polisi senior. Di antara yang tewas adalah Fayyaz Sumbal, seorang wakil inspektur jenderal, dan Syamsuddin, wakil inspektur kantor polisi.
Lima puluh orang juga terluka dalam serangan itu, termasuk anak-anak yang menghadiri pemakaman. Dilaporkan bom meledak di luar sebuah masjid di mana akan dilakukan pemakaman bagi korban sebelumnya.
Mohammad Hafiz, seorang polisi, mengatakan, "Saya berada di dalam masjid dan kami berbaris untuk doa pemakaman ketika ledakan besar terjadi... Itu mengerikan."
Ledakan di Quetta selama sebulan terakhir setidaknya mencapai 11 serangan, dan telah menewaskan lebih dari 90 orang. Namun sejauh ini belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...