Duterte Janjikan Keadilan bagi Korban Serangan Gereja
COTABATO, SATUHARAPAN.COM – Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji memberikan keadilan bagi korban ledakan saat malam Natal di depan sebuah gereja di Midsayap, Cotabato City, Mindanao, Filipina.
Seperti diberitakan Christian Daily, pada hari Rabu (28/12), Presiden Duterte berbicara dengan sejumlah korban ledakan saat dia berada di Rumah Sakit Aniceto Pesante Memorial di Midsayap, Cotabato City, Mindanao, Filipina.
Salah satu korban, seperti diberitakan Philippine Daily Inquirer dan diberitakan kembali Christian Daily, Cheyserr Rosetse (28) mengungkapkan pemimpin Filipina tersebut berjanji pemerintah akan menanggung seluruh biaya pengobatan mereka dan juga memberikan bantuan tunai.
Setidaknya 17 orang, di antara mereka seorang polisi, terluka ketika sebuah granat tangan meledak di bawah mobil polisi saat sedang berlangsung misa di dalam Gereja Santo Nino Keuskupan Agung Kuil pada sekitar pukul 9:30 malam. Dua orang mengendarai sepeda motor bertanggung jawab atas ledakan itu.
Menurut pejabat kepolisian, seperti diberitakan AFP dan diberitakan kembali Christian Daly, Romeo Galgo Jr mengatakan misa diakhiri lebih cepat karena terjadi ledakan. Doa penutup tidak lagi dikumandangkan karena banyak orang bergegas keluar dari gereja.
Pihak berwenang merasa yakin granat itu dimaksudkan untuk menargetkan polisi di daerah. Mereka dilaporkan telah menerima ancaman dari sejumlah pengedar obat-obatan terlarang dan beberapa pihak yang pernah melakukan pelanggaran hukum di negara tersebut.
Kepala polisi Midsayap, Bernard Tayong, mengatakan mereka telah melakukan penyelidikan yang mengungkapkan serangan Natal tersebut bisa saja merupakan salah satu cara membalas dendam kepada pemerintah – lewat kepolisian – yang saat ini gencar melakukan operasi anti-narkoba secara besar-besaran. Wali Kota Midsayap, Romeo Arania, berpikiran sama dengan Tayong, dengan mengatakan serangan tersebut tidak menargetkan gereja.
Pada sisi lain, seorang penyidik yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada AFP, yang dikutip kembali Christian Daily, bahwa penyerang ingin menargetkan gereja Katolik tetapi memilih untuk meledakkan mobil polisi bukannya gereja, karena keamanan yang ketat.
“Sepertinya mereka ingin lebih dekat, namun karena keamanan yang berat, mereka memilih untuk melemparkan peledak ke arah mobil polisi yang memblokir jalan,” kata penyidik tersebut. (christiandaily.com)
Editor : Sotyati
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...