Erdogan: Pasukan Turki Bergerak ke Libya
Parlemen Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahwain Menolak Pasukan Turki di Libya
ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, hari Minggu (5/1) mengatakan bahwa unit militer Turki bergerak ke Libya untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) pimpinan Fayez al-Sarraj, yang diakui PBB, yang berbasis di Tripoli.
Sementara itu, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain dalam pernyataan bersama nenyatakan menentang kehadiran militer Turki di Libya, danjuga menolak perjanjian militerdan perbatasan laut kedua negara.
Erdogan juga mengatakan Turki juga mengirim personil militer senior ke Libya. Disebutkan bahwa Turki dan Libya dapat bekerja dengan perusahaan-perusahaan internasional untuk mencari minyak dan gas di Mediterania timur, menyusul kesepakatan antara Ankara dan pemerintah berbasis Tripoli di perbatasan maritim.
Pada bulan November, pemerintah Libya dan Turki mencapai kesepakatan tentang pengeboran untuk gas alam, dalam langkah yang dikatakan Ankara bertujuan untuk mempertahankan hak-haknya di wilayah tersebut. Namun kedsepakatan itu ditentang oleh parlemen Libya dan pasukan Tentara Nasional Libya (LNA).
Pada hari Sabtu (4/1), pasukan LNA mengatakan siap untuk "mengusir invasi Turki" dan bahwa angkatan lautnya siap untuk mengambil kendali atas garis pantai negara itu, kata juru bicara LNA, Mayor Jenderal Ahmed al-Mismari mengatakan dalam konferensi pers, dikutip Reuters.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada hari Kamis memperingatkan Turki tentang "campur tangan asing" di Libya. Pernyataan Gedung Putih dikeluarkan setelah anggota parlemen Turki menyetujui penempatan militer Turki untuk mendukung pemerintah Libya di Tripoli.
Pernyataan Bersama
Parlemen Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain dalampernyataan bersama mengatakan mereka menolak segala bentuk intervensi asing dalam urusan internal Libya. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Mesir, Dewan Syura Kerajaan Arab Saudi, Dewan Nasional Federal Uni Emirat Arab, dan Majelis Nasional Bahrain juga menyatakan bahwa mereka sangat menolak persetujuan parlemen Turki pada hari Kamis. untuk mengirim pasukan militer ke Libya.
"Keputusan ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap aturan hukum internasional, dan mengarahkan serangan terhadap kemerdekaan Libya dan integritas tanahnya," kata pernyataan itu, dikutip Al Ahram.
Keempat parlemen Arab mengatakan mereka sepenuhnya mendukung pernyataan yang dikeluarkan serikat parlemen Arab, yang berafiliasi dengan Liga Arab, yang mengecam keputusan parlemen Turki.
"Kami memperbarui pendirian kami dan sikap penuh dalam menolak agresi asing di negara Arab mana pun, dan bahwa intervensi asing hanya membantu memperkuat kemampuan teroris, merusak upaya perdamaian dan solusi politik, memperumit situasi di Timur Tengah, menyebabkan ketidakstabilan dan menciptakan krisis kemanusiaan," kata pernyataan itu.
Parlemen mendesak masyarakat internasional untuk memainkan perannya dalam menghadapi pelanggaran asing terhadap kedaulatan negara-negara Arab dan mendukung solusi politik, demi menjaga keamanan dan stabilitas rakyat dan negara-negara di kawasan itu.
Parlemen menyatakan keprihatinan mereka yang mendalam tentang ancaman yang dihadapi "saudara Libya" dan sangat mengutuk keputusan parlemen Turki untuk mengirim pasukan ke sana.
Parlemen Arab pada hari Jumat mengutuk persetujuan parlemen Turki atas keputusan Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan, mengirim pasukan ke Libya untuk membantu pemerintah Perdana Menteri Fayez Al-Serraj.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...