Eropa Minta Pemimpin Afrika Bendung Krisis Imigran
BRUSSEL, SATUHARAPAN.COM – Para pemimpin Uni Eropa akan mendorong rekan-rekan Afrika mereka untuk membantu mengatasi krisis migrasi pada pertemuan puncak di Malta pekan ini dengan menawarkan bantuan miliaran euro sebagai imbalan kerja sama.
Setelah baru-baru ini menekan Turki untuk membendung aliran pengungsi Suriah, Eropa mengalihkan perhatian kepada sumber utama lain dari jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya gelombang pengungsi di Mediterania.
Pertemuan lebih dari 50 pemimpin dari kedua benua pada hari Selasa (10/11) dan Rabu (11/11) itu akan menjadi saksi seruan Eropa yang kewalahan pada Afrika untuk mengambil kembali lebih banyak orang yang digolongkan sebagai imigran ekonomi dan bukan pengungsi dari perang.
Sebagai imbalannya, Eropa akan menawarkan dana pembangunan didalam bentuk dana segar oleh orang kaya Uni Eropa untuk mengatasi perang dan kemiskinan di Afrika yang merupakan akar penyebab sekitar seperempat dari hampir 800 ribu kedatangan imigran di Eropa tahun ini.
"Ini adalah dorongan baru yang kami ingin berikan," kata seorang diplomat Eropa.
Pertemuan puncak ini pertama kali diserukan beberapa bulan lalu ketika rute Mediterania dari Libya yang tanpa hukum masih menjadi batu loncatan utama bagi para imigran yang bepergian ke Uni Eropa dengan menggunakan perahu nelayan bobrok dan sampan rapuh.
Sejak itu perjalanan dari Turki melalui Laut Aegea yang berbahaya ke pulau-pulau Yunani, dan kemudian naik melalui Balkan Barat, telah menjadi rute utama, tetapi Uni Eropa ingin mempertahankan fokus pada Afrika.
Eritrea menyumbang sebagian besar dari hampir 140.000 imigran yang tiba di Italia dari Afrika melalui laut pada 2015, bersama dengan 18.000 warga Nigeria dan 8.000 warga Sudan, menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi.
"Meskipun fokus saat ini pada Suriah, pertemuan puncak Valletta sangat penting bagi ibu kota Eropa, karena bertujuan untuk mengatasi masalah jangka panjang," kata diplomat itu.
Dana Bantuan untuk Afrika
Ia mengakui keprihatinan pejabat senior Afrika seperti Khadim Diop, Menteri Senegal untuk integrasi Afrika.
"Kami tidak bisa mentolerir standar ganda," kata Diop, seraya menambahkan Eropa mengakui orang-orang dari Timur Tengah dan Asia Tengah sebagai pengungsi sementara menganggap warga Afrika sebagai imigran ekonomi.
Dalam pertemuan itu diundang pemimpin dari lebih dari 30 negara Afrika, termasuk Libya serta Eritrea, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan dan Sudan, negara-negara sumber terbanyak imigran yang melarikan diri dari konflik dan penindasan
Juga hadir dalam pertemuan itu adalah para pemimpin Chad, Kamerun, Niger, dan Nigeria yang dilanda kekeringan di cekungan Danau Chad, lokasi 2,5 juta orang telah mengungsi akibat kemiskinan dan aksi milisi Boko Haram.
Ke-28 pemimpin Uni Eropa akan mengadakan pertemuan puncak kedua, yang terpisah khusus untuk mereka sendiri segera setelah pertemuan Uni Eropa - Afrika pada Rabu usai. (AFP)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...