Facebook Bekukan Akun Palsu Terkait Intelijen Rusia Yang Ganggu Pemilu Amerika Serikat
SATUHARAPAN.COM-Facebook mengatakan bahwa pihaknya telah membongkar tiga jaringan akun palsu yang dapat digunakan oleh dinas intelijen Rusia untuk membocorkan dokumen yang diretas sebagai bagian dari upaya untuk mengganggu pemilihan umum Amerika Serikat yang akan datang.
Perusahaan tersebut mengatakan akun-akun tersebut, yang ditangguhkan karena menggunakan identitas palsu dan jenis "perilaku tidak autentik terkoordinasi lainnya," terkait dengan intelijen Rusia dan orang-orang yang terkait dengan organisasi yang berbasis di St. Petersburg yang dituduh oleh pejabat AS berupaya untuk mempengaruhi presiden terpilih tahun 2016.
Kementerian luar negeri Rusia tidak menanggapi permintaan komentar setelah jam kerja normal di Moskow. Rusia telah berulang kali membantah tuduhan campur tangan dalam pemilu dan mengatakan tidak ikut campur dalam politik domestik negara lain.
Nathaniel Gleicher, kepala kebijakan keamanan siber Facebook, mengatakan tidak ada bukti langsung bahwa dokumen yang diretas akan bocor, tetapi dengan menangguhkan akun itu, Facebook dapat mencegahnya digunakan dalam operasi selanjutnya.
"Tim kami mengamati ancaman dan tren yang perlu kami siapkan, dan salah satu yang sangat kami sadari... adalah operasi peretasan dan kebocoran, terutama dalam 6-8 pekan ke depan," katanya kepada Reuters, hari Kamis (24/9).
"Kami ingin memastikan bahwa akun tersebut tidak aktif untuk mencegah kemampuan mereka untuk memutarnya guna memfasilitasi peretasan dan kebocoran di sekitar pemilu AS."
Peringatan FBI
Facebook mengatakan jaringannya kecil dengan hanya sedikit akun di situs webnya dan layanan berbagi foto Instagram, beberapa di antaranya menyamar sebagai media independen dan lembaga pemikir. Akun tersebut memiliki total gabungan sekitar 97.000 pengikut.
Sementara beberapa aktivitas memang menargetkan khalayak di Inggris dan Amerika Serikat, jaringan tersebut sebagian besar difokuskan pada negara-negara di Timur Tengah dan berbatasan dengan Rusia, seperti Suriah, Turki, Ukraina dan Belarus, kata Facebook.
Twitter mengatakan telah bekerja dengan Facebook untuk mengidentifikasi dan menghapus 350 akun yang dioperasikan oleh organisasi terkait negara di Rusia.
Kedua perusahaan tersebut mengatakan salah satu jaringan telah diidentifikasi menyusul tip dari FBI, yang memperingatkan pada hari Selasa (22/9) bahwa aktor asing dan penjahat dunia maya kemungkinan besar menyebarkan disinformasi tentang hasil pemilu pada 3 November.
Peringatan tersebut menyusul peringatan oleh Microsoft Corp awal bulan ini bahwa peretas yang terkait dengan Rusia, China, dan Iran mencoba memata-matai orang-orang yang terkait dengan Presiden AS, Donald Trump, dan penantang Demokratnya, Joe Biden.
Graham Brookie, Direktur Lab Penelitian Forensik Digital Dewan Atlantik, bekerja dengan Facebook untuk menganalisis akun yang ditangguhkan. Dia mengatakan aktivitas itu menunjukkan Rusia terus berupaya memperburuk ketegangan politik di Amerika Serikat dan di tempat lain.
“Itu tidak menepis fakta bahwa skala dan cakupan disinformasi domestik jauh lebih besar daripada yang bisa dilakukan oleh musuh asing mana pun,” katanya. “Tetapi upaya Rusia tetap merupakan kerentanan keamanan nasional yang sangat serius.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...