FAO: Pertumbuhan Produksi Pangan Melambat
NUSA DUA, SATUHARAPAN.COM Organisasi Pangan Dunia (FAO) mengingatkan pertumbuhan produksi pangan melambat dan mengancam ketahanan pangan global.
"Pertumbuhan sektor pertanian kritis," kata pejabat FAO wilayah Asia Pasifik, Sumiter Broca, pada forum Asosiasi Industri Pupuk Internasional (IFA) di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/11).
Pertumbuhan hasil produksi sereal, yang menjadi bahan makanan utama sebagian besar penduduk dunia, cenderung melambat sejak 1961. Salah satu produk sereal, yaitu gandum, misalnya, pada periode 1961-2007 pertumbuhannya mendekati angka tiga persen per tahun. Namun, sejak 2005, dan diperkirakan sampai 2050, pertumbuhan hasil produksi (yield) komoditas tersebut turun di bawah satu persen per tahun.
Demikian pula dengan beras atau padi, yang masuk dalam kategori sereal, pertumbuhan hasil produksinya diperkirakan turun selama 2005 hingga 2050 menjadi sekitar 0,5 persen per tahun. Padahal, pada periode 1961 sampai 2007 rata-rata pertumbuhan hasil produksi padi dunia sekitar dua persen.
Kondisi itu diiringi kenyataan selama periode 1976-1981 sampai periode 1991-2000, pengeluaran litbang di bidang pertanian menurun tajam pada semua kawasan, termasuk Asia Pasifik.
"Pengembangan teknologi sudah sangat mendesak. Pertumbuhan hasil produksi sangat menentukan pertumbuhan pertanian mulai dari sekarang," katanya.
Karena itu, Broca yang membidangi masalah kebijakan di FAO, menilai investasi infrastruktur untuk mendukung produksi, penyimpanan (storage), dan penelitian pertanian, sangat mendesak.
"Hal itu (investasi infrastruktur) harus juga dikombinasikan dengan perlindungan (masyarakat) terhadap ketersediaan dan akses pangan," ia menambahkan.
Penggunaan pupuk, dengan demikian, memainkan perananan cukup penting untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
Untuk mengantisipasi kelangkaan pangan, dunia memerlukan produksi antara lain satu miliar ton sereal per tahun, 196 juta ton daging, 172 juta ton kedelai, 429 juta ton buah-buahan, dan 365 juta ton sayur-mayur per tahun. (Ant)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...