Fernando Muslera, Clean-sheet Specialist
Jelang Pertandingan 16-Besar: Portugal vs Uruguay
SATUHARAPAN.COM - Lolos dari fase grup A, Uruguay menjadi juara grup dengan nilai maksimal dan tidak kebobolan (clean-sheet). Prestasi ini menyamai pencapaian Argentina pada Piala Dunia 1998 yang menjadi juara grup H dengan tiga kemenangan dan agregat gol 7-0. Pada PD 2010 saat menjadi juara ketiga Uruguay juga bermain clean-sheet pada fase grup A, hanya ketika itu mereka ditahan imbang Prancis 0-0. Dua pertandingan mereka lainnya dimenangi Diego Forlan dan kawan-kawan tanpa sekalipun gawang Muslera kebobolan.
Bermain hati-hati pada dua laga awal, Uruguay seolah bermain lepas pada laga ketiga saat menghadapi tuan rumah pada fase grup A PD 2018. Tiga gol tanpa balas setelah Rusia bermain dengan sepuluh akibat dua kartu kuning yang diterima Smolnikov membuat Godin dan kawan-kawan semakin bermain lepas pada pertandingan tersebut. Dengan menjadi juara grup A, Uruguay lolos ke babak 16-besar, bertemu runner up grup B yang ditempati Portugal.
Kesebelasan Portugal yang datang menyandang gelar juara Piala Eropa 2016 menjalani fase grup B dengan tertatih-tatih. Setelah bermain imbang melawan Spanyol di laga pertama, Portugal menghentikan langkah Maroko dengan 1 gol. Pada laga penentuan Portugal bermain imbang 1-1 melawan Iran dalam laga ketat sepanjang pertandingan.
Kedua kesebelasan pernah bertemu dalam dua kali laga dalam pertandingan persahabatan yang terjadi sudah cukup lama tahun 1966 dan 1972.
Muslera mengejar rekor
Penjaga gawang selalu mengambil peran penting bagi suksesnya sebuah kesebelasan dalam setiap penyelenggaraan PD. Karenanya sejak pertama kali penyelenggaraan PD selalu diberikan penghargaan Golden glove award untuk penjaga gawang terbaik. Penghargaan tersebut sempat berganti nama menjadi Lev Yashin award pada periode PD 1994-2006 sebelum dikembalikan lagi menjadi Golden glove award pada PD 2010 hingga sekarang.
Begitu sentralnya peran penjaga gawang bahkan pada PD 2002 Oliver Kahn sekaligus terpilih sebagai pemain terbaik PD 2002.
Fernando Muslera tercatat sebagai penjaga gawang yang paling lama menjaga mistar gawang dari kemasukan gol. Pada PD 2010 gawang Muslera baru kebobolan pada menit ke-68 pada pertandingan babak 16-besar. Prestasi ini melewati pencapaian penjaga gawang Argentina Carlos Roa yang berhasil menjaga gawangnya dari kebobolan hingga menit ke-10 pertandingan babak 16-besar PD 1998.
Pada pertemuan melawan Portugal, Muslera berkesempatan memecahkan rekornya sendiri yang diciptakan pada PD 2010. Melihat bagaimana berhati-hatinya pemain bertahan Uruguay menjaga daerah pertahanannya, kans Muslera cukup besar. Bagi Muslera pribadi, pencapaian clean-sheet pada fase grup adalah melengkapi pencapaiannya pada PD 2010 rasanya sulit dilewati oleh penjaga gawang lain di masa datang mengingat sepakbola pada Piala Dunia telah banyak berubah menjadi lebih menyerang dengan peluang terjadinya gol dalam setiap pertandingan.
Sejauh ini Caceres, Coates, Godin, Laxalt/Silva cukup disiplin mengamankan wilayah pertahanannya dari gempuran gelandang-penyerang lawan. Kepercayaan diri barisan gelandang Uruguay juga dalam trend meningkat setelah pada pertandingan ketiga mereka mencukur tuan rumah dengan 3 gol tanpa balas. Duet Suarez-Cavani melengkapi keperkasaan Uruguay dengan masing-masing mencetak gol ke gawang Akinfeev.
Hingga pertandingan ketiga fase grup kesebelasan Portugal masih tergantung pada figur Christiano Ronaldo. Empat gol yang dikemas pada fase grup B menjadi bukti bagaimana peran CR7 tidak tergantikan oleh pemain lain.
Pertandingan ketiga fase grup menjadi indikasi bagaimana peran CR7 belum bisa diisi oleh pemain Portugal lain saat Rezaeian, Hosseini, dan Hajsafi secara bergantian menjaga wilayah pertahanannya dari pergerakan Ronaldo. Dan ketika CR7 gagal mencetak gol dari titik penalti mental pemain Portugal sempat anjlok terbukti hingga pertandingan berakhir mereka dalam tekanan gelandang-penyerang Iran.
Begitu ketatnya pertahanan Iran membuat pemain Portugal banyak bermain dengan keras. Empat kartu kuning termasuk CR7 adalah bentuk bagaimana frustrasinya mereka membongkar pertahanan Iran. Beruntung satu gol yang dicetak Karim Ansarifard tidak cukup untuk menggusur Portugal dari fase grup.
Pemain muda Guedes dan Andre Silva sesungguhnya berpotensi untuk melanjutkan regerasi di tubuh kesebelasan Portugal, sayangnya mereka masih harus melepaskan diri dari bayang-bayang Moutinho dan CR7.
Pertarungan Dua Maestro
Baik Fernando Santos maupun Oscar Tabarez keduanya memiliki posisi penting pada prestasi kedua kesebelasan. Faktanya di tangah Tabarez kesebelasan Uruguay mencatat prestasi mengagumkan. Selalu lolos pada babak final PD sejak menggantikan Gustavo Ferrin yang gagal membawa Uruguay lolos PD 2006, Tabarez banyak melakukan perubahan dengan memberikan peran penting pada pemain muda Suarez, Cavani, dan juga penjaga gawang masa depan Uruguay Fernando Muslera. Hasilnya dalam tiga kali penyelenggaraan mereka selalu lolos ke babak final.
Pada PD 2010 Tabarez bahkan mengantarkan Uruguay hingga partai semi final sebelum dihentikan Belanda dengan skor 3-2. Penyerang Diego Forlan mencatatkan diri sebagai salah satu top scorer, sementara gelandang serang muda Suarez mencetak 3 gol dan penyerang muda Cavani mencetak 1 gol yang dicetaknya pada perebutan tempat ketiga.
Meskipun gagal meraih tempat ketiga PD 2010 trend positif kesebelasan berlanjut hingga mereka mampu menjuarai Copa America 2011.
Fernando Santos menggantikan pelatih Paulo Bento yang dipecat federasi sepakbola Portugal setelah gagal bersaing di PD 2010. Sebelum menangani Portugal, Santos membawa kesebelasan Yunani hingga babak 8-besar Piala Eropa 2012 dan babak 16-besar Piala Dunia 2014. Prestasi itu lebih baik dari pencapaian pasukan Paulo Bento yang terhenti pada fase grup G PD 2014.
Mengawali kejuaraan Eropa 2016 dengan tidak meyakinkan, Santos justru mengantarkan CR7 dan kawan-kawan mengangkat trofi Henry Delauney bagi Portugal untuk pertama kalinya mengalahkan Prancis di rumahnya sendiri. Trend positif tersebut berlanjut saat kualifikasi PD 2018 zona Eropa menjadi juara grup yang langsung lolos ke Rusia.
Pada babak 16-besar kedua maestro akan beradu strategi dengan barisan pemain yang tidak diragukan lagi. Dengan menempatkan empat gelandang Nandez, Bentancur, Vecino, Rodriguez akan beradu kreativitas menggalang pertahanan-serangan melawan Bernardo Silva, William, Moutinho/A. Silva, Guedes.
Sebagaimana biasanya Tabarez akan lebih berhati-hati dan konsentrasi pada pertahanan sebelum melakukan serangan. Ini berbeda dengan filosofi Santos dengan jogo bonito-nya yang akan terus menekan sejak menit awal pertandingan. Santos cenderung membebaskan pemainnya untuk bermain terbuka. Ini akan menjadi pertarungan menarik menampilkan permainan gaya Amerika latin.
Dalam permainan terbuka Santos harus berhati-hati dengan pergerakan gelandang serang Uruguay yang memiliki serangan balik yang cepat. Rusia merasakan bagaimana mereka gagal membendung pergerakan Nandez dan Bentacur dari sayap Uruguay. Dua pemain sayap Uruguay sejauh ini mampu bersaingan dalam level Piala Dunia yang ketat.
Di barisan pemain muda, gelandang Portugal Guedes, Bernardo Silva, A. Siva akan berebut panggung melawan Bentacur dan Torreira yang sedang dalam performa meningkat.
Perjumpaan kedua kesebelasan di babak 16-besar seolah menjadi presentasi final antara kampiun Amerika Selatan melawan juara Eropa. Uruguay juara Copa America 2011 sementara Portugal juara Piala Eropa 2016. Chili yang menjuarai Copa America 2015 dan 2017 justru tidak lolos ke baba final PD 2018.
Tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi dari kemampuan skuad dan pelatih kedua kesebelasan. Pada fase gugur kesebelasan yang lebih berhati-hati membaca dinamika permainan dan melakukan perubahan strategi sepanjang pertandingan yang kerap mendapatkan keuntungan. Di sisi peran Oscar Tabarez relatif lebih unggul ketika Uruguay tidak terlalu bergantung pada salah satu pemainnya.
Pertandingan babak 16-besar antara Portugal melawan kesebelasan Uruguay akan berlangsung pada Sabtu (30/6) di Stadion Fisht, Sochi.
Perkiraan susunan pemain:
Portugal (4-4-2) : Patricio (gk), Cedric, Pepe, Fonte, Guerreiro, Bernardo Silva, William, Moutinho/A. Silva, Guedes, Andre Silva/Quaresma, C. Ronaldo. | pelatih: Fernando Santos
Uruguay (4-4-2) : Muslera (gk), Caceres, Coates, Godin, Laxalt/Silva, Nandez, Bentancur, Vecino, Rodriguez/ Torreira, Cavani, Suarez.| pelatih: Oscar Tabarez
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...