Filipina Mulai Program Imunisasi Demam Berdarah Pertama di Dunia
MANILA, FILIPINA, SATUHARAPAN.COM - Filipina pada hari Senin (4/4) mulai meluncurkan program imunisasi yang pertama untuk publik di dunia, dengan menggunakan sistem kesehatan masyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia mencatat , telah menginfeksi 390 juta orang per tahun secara global.
Ratusan anak kelas empat di sekolah umum di kota Marikina metropolitan Manila, diberi suntikan vaksin Dengvaxia untuk dosis pertama, dari rangkaian 3 dosis. Vaksin diberikan pada saat saat upacara meriah di gimnasium, dihiasi dengan bendera warna-warni dan didahului dengan lagu-lagu dan tarian yang dilakukan oleh anak-anak.
Filipina memiliki kasus demam berdarah tertinggi di wilayah Pasifik Barat, menurut WHO dari tahun 2013 hingga 2015, dan menurut Departemen Kesehatan Filipina telah tercatatat 200.415 kasus di tahun 2015.
Menteri Kesehatan Janette Garin mengatakan, "Kami adalah negara pertama yang memperkenalkan, mengadopsi dan menerapkan vaksin dengue pertama kalinya, melalui sistem kesehatan publik, dan di bawah pengaturan sekolah umum," katanya, seperti yang dikutip dari situs thestar.com
Pemerintah telah menghabiskan 3,5 miliar peso ($ 98.000.000) atau Rp 1,2 triliun untuk mengelola vaksin gratis, yang dibeli dengan biaya diskon sebesar 3.000 peso ($ 85) atau Rp 1,1 juta untuk tiga dosis untuk setiap anak. Program vaksin gratis memastikan, kesehatan harus untuk semua, kaya atau miskin," kata Garin.
Ratusan siswa di kota Marikina Manila, menjadi siswa sekolah yang pertama diberi suntikan vaksin Dengvaxia dalam program imunisasi publik pertama untuk demam berdarah pada Senin (4/4).
Departemen kesehatan mengatakan, studi menunjukkan pemberian vaksinasi kepada anak usia 9 tahun, selama lima tahun, mulai tahun 2016 dapat mengurangi kasus DBD sebesar 24,2 persen di Filipina. Vaksin ini diberikan sebagai rangkaian tiga dosis, setiap dosis berjarak enam bulan.
Dengvaxia, dikembangkan oleh perusahaan farmasi Prancis Sanofi Pasteur, yang memperoleh izin pertama di Meksiko pada bulan Desember 2015, untuk digunakan pada setiap orang yang berusia dari 9 sampai 45 tahun. Peraturan ini sesuai dengan yang ada pada lembaga di Brazil, yang diikuti oleh Filipina dan El Salvador, namun vaksin ini masih menunggu tinjuaun peraturan di Eropa, dan puluhan negara-negara lain non-Eropa, serta prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
Menurut New England Journal of Medicine, dalam sebuah studinya menunjukkan, bahwa vaksin dapat mengurangi resiko tertular demam berdarah hingga 65,6 persen, terutama bagi anak usia 9 hingga 16 tahun, selain itu juga dapat mencegah penderita demam berdarah dirawat di rumah sakit sebesar 80 persen, dan kasus DBD berat sebesar 93 persen. Namun efektivitas vaksin ini lebih rendah untuk anak-anak pada usia kurang dari 9 tahun, serta untuk jenis virus dengue disebabkan oleh jenis virus dengue 2 , yang merupakan salah satu dari empat jenis virus dengue.
"Vaksin dapat mengurangi enam dari 10 kasus, atau lebih penting untuk mengurangi 80 persen risiko rawat inap atau 93 persen dari risiko terjangkit demam berdarah dengue, merupakan terobosan besar," kata Guillaume Leroy, wakil presiden Sanofi Pasteur,
Ia mengatakan kepada The Associated Press, vaksin akan sangat penting di Asia dan Amerika Latin, di mana kasus demam berdarah sangat tinggi .
Leroy mengatakan, sementara ada perbedaan dalam tingkat efektivitas terhadap jenis virus dengue yang berbeda, vaksin "telah menunjukkan efikasi terhadap empat jenis virus dengue yang beredar di dunia."
Dia mengatakan, sementara Sanofi telah memprioritaskan perizinan untuk jenis virus dengue pada negara endemik, baru-baru ini dikirim aplikasi untuk ditinjau oleh European Medicines Agency, yang telah Ini memiliki aplikasi di 20 negara tambahan, dan akan menerapkan di lebih dari 17 negara.
Sementara itu Kementerian Kesehatan Indonesia, menyatakan sudah memahami semua daerah di Indonesia endemik DBD, karena kasus akan berulang terus. Namun ditambahkan, urusan DBD bukan hanya faktor kesehatan saja, tapi ada kontribusi lingkungan, cuaca, atau pembangunan di suatu kota yang menimbulkan genangan air.
"Intinya, tidak sekadar pada sektor kesehatan, terkait dengan lintas sektor, penggerakan masyarakat untuk tidak membuat sarang-sarang nyamuk, ini kan persoalannya." Langkah menutup penampungan air untuk mencegah jentik berkembang dinilai Oscar jauh lebih efektif daripada fogging atau pengasapan, yang hanya akan mematikan nyamuk dewasa, seperti yang dikutip bbc.com
Kementerian Kesehatan sudah menetapkan tujuh provinsi yang mengalami KLB demam berdarah, yaitu di Gorontalo, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Banten.
Sejauh ini, kata Oscar, Kementerian sudah melakukan koordinasi sampai ke tingkat daerah dan memberi bantuan untuk pemberantasan jentik, terutama pengiriman insektisida untuk fogging atau pengasapan.
Editor : Eben E. Siadari
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...