Film Inspiratif "Merry Riana" Akan Temani Libur Natal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Film inspiratif yang diangkat dari kisah hidup Merry Riana, pengusaha, penulis, sekaligus motivator muda secara resmi akan dirilis sehari menjelang Natal pada Rabu (24/12) besok.
Film itu diadaptasi dari buku karya Alberthiene Endah tentang perjuangan Merry Riana hidup di Singapura dan akhirnya meraih kesuksesan di usia yang masih sangat muda.
Film yang diproduseri Manoj Punjabi dan disutradarai oleh Hestu Saputra ini menggandeng para pelaku seni peran ternama seperti Chelsea Islan, Dion Wiyoko, Kimberly Ryder, Ferry Salim, dan Cyntia Lamusu.
"Film tersebut mengandung pesan yang baik, saya harap film ini bisa ditonton banyak orang dan mendulang sukses," kata Manoj saat press sreening film Merry Riana di Plaza Senayan, Jakarta pada Senin (22/12) malam.
Diakui Manoj, film ini memang menghabiskan dana yang tidak murah, yakni sekitar Rp 10 – 12 miliar.
“Karena produksinya di luar negeri, tentu dananya tidak murah, namun yang paling utama semoga film ini memotivasi penonton dengan kisah inspiratifnya,” ujar Manoj.
Sementara itu, Chelsea Islan yang memerankan peran utama mengaku menjadi Merry Riana adalah tantangan yang berat bagi dia.
“Kesulitan memang cukup banyak, apalagi memerankan Merry Riana. Namun, komitmen kami dari awal film ini ingin memotivasi banyak orang, jadi harus diperankan senatural mungkin,” kata Chelsea.
Chelsea Islan mengaku untuk dapat memerankan Merry, ia mengadakan intens workshop dengan sutradara dan pemeran lainnya. Chelsea juga kerap kali berbincang-bincang dengan Merry.
“Banyak sekali perbincangan pribadi yang dilakukan,” Chlesea menambahkan.
Pemilihan Chelsea sebagai pemeran utama diakui Merry adalah pilihan tepat.
Merry mengaku Chelsea adalah orang yang paling tepat memerankan Merry Riana.
“Karena dia benar-benar profesional, dia riset sebelum bertemu, menanyakan apa yang saya rasakan. Saya pikir dia adalah Merry Riana. Ini sesuai dengan harapan saya,” ujar dia.
Di sisi lain, Ferry Salim memandang film ini tidak hanya memotivasi, namun juga mengingatkan masyarakat pada sejarah kelam kelompok Tionghoa di Indonesia pada 1998.
Merry Riana yang berasal dari etnis Tionghoa memang terpaksa mengungsi ke Singapura karena kerusuhan sosial dan penjarahan.
“Ada satu scene yang menarik bagi saya, yaitu scene yang mengingatkan sejarah kelam negeri ini. Menurut saya adegan itu seperti nyata. Kita bisa merasakan saat itu ternyata orang-orang yang dijarah rasanya seperti ini. Itu adalah scene yang menjadi bagian sejarah kelam di negeri ini,” kata Ferry.
Sementara Niniek L Karim menambahkan, para penjarah harusnya malu karena korban jarahannya bisa menjadi sosok sesukses Merry.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...