Finlandia Pangkas Biaya Besar Sistem Kesehatan
HELSINKI, SATUHARAPAN.COM - Finlandia pada hari Senin (9/11) memberlakukan perombakan pada sistem kesehatan, guna memangkas biaya besar perawatan warga mereka yang menua dengan cepat, ketika negara tengah berjuang untuk keluar dari resesi yang mencengkeram selama tiga tahun terakhir.
Seperti dikutip dari wikipedia.org, fokus utama kebijakan perawatan kesehatan di Finlandia adalah promosi kesehatan, termasuk pencegahan penyakit telah dilakukan selama beberapa dekade. Hal ini telah mengakibatkan suksesnya pemberantasan penyakit menular tertentu, dan peningkatan kesehatan penduduk.
Kualitas pelayanan dalam perawatan kesehatan Finlandia dianggap baik, menurut sebuah survei yang diterbitkan oleh Komisi Eropa pada tahun 2000. Finlandia memiliki jumlah tertinggi orang puas dengan sistem perawatan rumah sakit mereka.
Perawatan kesehatan Finlandia dapat dianggap sukses, karena beberapa indikator. Misalnya, karena intervensi kesehatan masyarakat dan kemajuan dalam perawatan medis, telah terjadi peningkatan yang luar biasa, dalam harapan hidup selama beberapa dekade.
Harapan hidup di 2012 adalah 84 tahun untuk perempuan dan 78 tahun untuk laki-laki, yang memiliki peringkat Finlandia menguntungkan terhadap perbandingan global. Hasil yang mengesankan juga telah dicapai mengenai tingkat kematian bayi dan kematian ibu, yang juga salah satu yang terendah di dunia. Angka kematian bayi di Finlandia, selama beberapa dekade terakhir. pada 2013 adalah 1,8 per 1000 kelahiran.
Kondisi krisis di Finlandia, mendorong pemerintah melakukan penghematan di bidang kesehatan, karena besarnya beban perawatan bagi lansia di Finlandia.
“Ini adalah sebuah reformasi bersejarah dan signifikan, yang melibatkan (reorganisasi) biaya lebih dari 20 miliar euro (sekitar Rp 293 triliun), sekitar 250.000 karyawan dan kehidupan warga sehari-hari,” kata salah satu pembuat kebijakan reformasi tersebut, Tuomas Poysti, kepada AFP.
Koalisi tiga partai yang berkuasa di negara itu, telah mencapai kesepakatan reformasi tersebut pada Sabtu (7/11), setelah melalui proses negosiasi yang cukup tegang, dan mengancam pengunduran diri Perdana Menteri Juha Sipila serta kolapsnya pemerintahan mereka.
Pemerintah mengatakan, perubahan tersebut kebijakan perubahan paling signifikan negara itu dalam beberapa dekade, dilakukan untuk menghemat 3 miliar euro (sekitar Rp 43,9 triliun) pada 2029.
Jumlah warga yang berusia 65 tahun ke atas di negara Nordik bependuduk 5,4 juta jiwa tersebut, diperkirakan akan mencapai 26 persen pada 2030, naik dari 19 persen saat ini.
Pemerintah mengatakan reformasi tersebut akan memungkinannya untuk mengurangi peningkatan tahunan biaya kesehatan dari 2,4 persen saat ini menjadi 0,9 persen.(AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...