WMO: Konsentrasi Gas Rumah Kaca Terus Meningkat
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization / WMO) hari Senin (9/11) mengumumkan peningkatan jumlah gas rumah kaca di atmosfer yang mencapai lagi rekor tinggi baru pada tahun 2014.
Kenaikan tanpa henti gas rumah kaca telah memicu perubahan iklim dan akan membuat planet bumi menjadi lebih berbahaya dan tidak ramah untuk generasi mendatang.
"Setiap tahun kami melaporkan rekor baru konsentrasi gas rumah kaca," kata Sekretaris Jenderal WMO, Michel Jarraud, dalam siaran pers. "Kita harus bertindak sekarang untuk memangkas emisi gas rumah kaca, jika kita ingin menjaga peningkatan suhu ke tingkat terkelola."
Dalam buletin ‘’Greenhouse Gas’’ yang yang dikeluarkan WMO menjelang konferensi iklim PBB bulan Desember di Paris, disebutkan bahwa antara tahun 1990 dan 2014 ada 36 persen peningkatan radiasi yang menimbulkan efek pemanasan pada iklim. Hal itu akibat gas rumah kaca berumur panjang, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O) dari kegiatan industri, pertanian dan domestik.
Laporan ini juga menyoroti akibat meningkatnya kadar CO2 dan uap air, gas rumah kaca utama. Udara hangat menyebabkan lebih banyak uap air dan peningkatan suhu permukaan yang disebabkan oleh CO2. Hal itu menyebabkan kenaikan kadar uap air secara global.
WMO mencatat bahwa kenaikan lebih lanjut konsentrasi CO2 akan menyebabkan peningkatan yang amat tinggi energi panas dan pemanasan uap air.
Sementara itu, penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfir, gas rumah kaca terbanyak berumur panjang, mencapai 397,7 bagian per juta (ppm) pada tahun 2014. Konsentrasi CO2 di belahan bumi Utara melampaui tingkat 400 ppm menjadi simbol yang signifikan musim semi tahun 2014, ketika CO2 berada pada tyingkat paling banyak. Pada musim semi 2015, konsentrasi CO2 rata-rata secara globalmelampaui 400 ppm.
"Kami akan segera hidup dengan tingkat CO2 rata-rata secara global di atas 400 ppm sebagai realitas permanen," kata Jarraud. "Kita memang tidak bisa melihat CO2. Ini adalah ancaman tak terlihat, tapi yang sangat nyata.’’
‘’Ini berarti terjadi suhu panas global, peristiwa cuaca yang lebih ekstrim seperti gelombang panas dan banjir, mencairnya es, naiknya permukaan laut dan peningkatan keasaman lautan. Hal ini terjadi sekarang dan kita bergerak ke arah kecepatan yang menakutkan," kata dia.
"Kelebihan energi yang terperangkap oleh CO2 dan gas rumah kaca lainnya memanaskan permukaan bumi yang menyebabkan peningkatan uap air di atmosfer. Pada gilirannya hal itu menghasilkan menjebak, bahkan menjadi lebih panas," kata dia.
Disebutkan bahwa karbon dioksida (C2O) tetap berada di atmosfer untuk ratusan tahun dan di laut dalam waktu yang lebih lama.
"Emisi pada masa lalu, sekarang dan masa depan, akan memiliki dampak kumulatif pada kedua pemanasan global dan pengasaman laut. Sementara hukum-hukum fisika tidak bisa dinegosiasikan," kata Jarraud memperingatkan.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...