Frau Gelar Konser Tentang Rasa
"...Kau sakiti aku, kau gerami aku/Kau sakiti, gerami, kau benci aku/Tetapi esok nanti kau akan tersadar/Kau temukan seorang lain yang lebih baik..."
SATUHARAPAN.COM - Lantunan piano mengiringi bait lagu Mesin Penenun Hujan yang dibawakan Frau-Lani, di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Jumat (30/10) malam. Dalam dua malam, Kamis - Jumat (29-30/10), Frau melakukan konser tunggal bersama piano kesayangannya Oskar dengan tajuk "Konser Tentang Rasa".
Tiga ratus tiket yang disediakan untuk setiap harinya terjual habis sejak seminggu sebelum pementasan. Tingginya antusiasme penonton, pada Jumat siang untuk mengobati kekecewaan penonton yang tidak kebagian tiket pada dua pementasan, di tempat yang sama Frau menggelar konser tambahan untuk 120 penonton.
Lani, musisi muda yang bernama lengkap Leilani Hermiasih, dikenal dengan nama panggung Frau, adalah penyanyi, pianis sekaligus penulis lagu. Perempuan kelahiran Yogyakarta, 2 Mei 1990 ini mulai bermusik sejak kelas 1 sekolah dasar dengan menekuni alat musik piano. Dari awal belajar musik hingga saat ini, musik baginya adalah kesenangan atau hobi, sehingga lagu-lagu yang ditulisnya lebih banyak bercerita tentang keluarga, cinta, dan persahabatan.
Jenis musik yang dimainkan tidak menganut pada satu aliran tertentu, namun diakui, dari chord lagu yang diciptakan bernuansa (ballad) Eropa banyak mewarnai karya Frau. Dalam bermusik, Frau lebih banyak mengambil jalur independen, dengan harapan bisa lebih bebas berekspresi dan membagi karyanya secara gratis kepada khalayak. Hingga saat ini sudah dua album dikeluarkan Frau, yakni album Starlit Carousel dan album Happy Coda.
Beberapa lagu semisal Mesin Penenun Hujan, Tarian Sari, ataupun Sepasang Kekasih Yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa, telah menjadi ciri khas Frau, baik dari komposisi lagu, lirik, cara memainkan musik maupun cara bertutur yang sederhana. Kekuatan ini menjadikan Frau bisa eksis di tengah persaingan industri musik yang ketat. Latar belakang pendidikan sedikit banyak mewarnai Frau dalam berkarya. Di tengah aktivitasnya bermusik, tahun 2013 Frau menyelesaikan S-1 di jurusan Antropolgi UGM dilanjutkan S-2 pada Etnomusikologi Queen’s University Belfast, Britania Raya (2014).
Konser Tentang Rasa
Setelah grup Sisir Tanah membuka konser dengan membawakan beberapa lagu, Lani memasuki panggung dengan membawa lampu lentera. Lani mengawali repertoarnya dengan lagu Sembunyi.
Konser digelar dalam sebuah repertoar, yang dilakukan oleh Frau sendiri ataupun berkolaborasi dengan musisi, grup musik, penyanyi, baik dalam membawakan lagunya sendiri maupun musikalisasi puisi Berdiri Aku karya Amir Hamzah, serta Berita Perjalanan karya Sitor Situmorang.
Dalam memainkan repertoarnya, Lani memberikan penjelasan tentang proses kreativitasnya hingga tergelar "Konser Tentang Rasa". Pertama kali konser dengan tema yang sama berlangsung di Bandung pada 22 Mei 2015 sebagai rangkaian program Primetemp Francais atau Musim Semi Perancis 2015.
Membangkitkan emosi penonton secara langsung tentang rasa atas karya musik Frau inilah yang menjadi titik tolak membuat Konser Tentang Rasa sehingga Lani memerlukan mengajak penonton dan memberikan kebebasan untuk memberikan penilaian atau menuangkan rasa yang dialami selama menyaksikan pertunjukan Frau dalam selembar kertas: sebentuk mengalami musik secara langsung.
Dalam sebuah karyanya, Lani mengajak penonton memberikan rasa dalam sebait kalimat tukang jagal tak berperasaan, tak bersesal, tak kenal tangisan dengan diiringi lantunan pianonya. Sepenggal kalimat yang menyiratkan beragam makna dan rasa di dalamnya. The Butcher (Tukang Jagal), merupakan interpretasi terhadap salah satu lukisan Restu Ratnaningtyas.
Setelah melantunkan empat belas lagu, Lani mengakhiri Konser Tentang Rasa dengan lagu Sepasang Kekasih Yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa.
"...Seperti takkan pernah pulang (yang menghilang) kau membias di udara dan terhempaskan cahaya/Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu/menarilah di jauh permukaan..."
Editor : Sotyati
Warga Peringati Dua Dekade Tsunami di Aceh Yang Menewaskan R...
BANDA ACEH, SATUHARAPAN.COM-Dua dekade setelah tsunami dahsyat menghancurkan desanya, Tria Asnani ma...