Friedrichstrasse Bahnhof
SATUHARAPAN.COM -- SAYA tercenung lama memandang patung itu. Sekumpulan anak memandang ke dua arah: wajah yang satu penuh tawa dan harapan, wajah lainnya justru sebaliknya. Di kaki mereka tergeletak koper, biola, dan boneka.
Patung itu, yang terletak di halaman Friedrichstrasse Bahnhof, Berlin, sudah lama menarik perhatian saya. Berulang kali saya melewatinya. Apartemen tempat saya tinggal tak jauh dari lokasi itu, dan stasiun di Friedrichstrasse memang hampir tak pernah sepi, bahkan sampai malam.
Di Eropa, dengan sistem transportasi kereta api yang mengagumkan dan mampu menghubungkan hampir seluruh kota, stasiun kereta api itu mirip rumah kedua bagi banyak orang. Hampir semua hal bisa didapatkan di situ, mulai dari makanan, tembakau, buku, kebutuhan rumah tangga sehari-hari, sampai sex shop yang menawarkan kenikmatan sesaat. Malah pada hari Minggu, sementara toko-toko lain di Berlin tutup dan Anda butuh membeli obat, satu-satunya tempat adalah Berlin Hauptbanhof yang bergaya modern.
Tetapi cerita ini bukan soal stasiun, melainkan patung di samping Friedrichstrasse Bahnhof yang memesona saya. Tak jauh dari patung itu, ada keterangan singkat mengenai patung dan fungsi stasiun tersebut. Semasa Hitler bekuasa, lewat stasiun di Friedrichstrasse anak-anak Yahudi dilarikan ke Inggris untuk menyelamatkan nyawa mereka, walau harus terpisah dari orang tua. Tetapi juga, lewat stasiun sama, pemerintah Nazi memberangkatkan anak-anak Yahudi ke kamp konsentrasi untuk dibantai.
Dua arah berbeda: menuju kehidupan, atau sebaliknya kematian. "Züge in den Tod, Züge in das Leben," kata orang Jerman. Semua dimulai dari Friedrichstrasse Bahnhof.
Dalam bentuk yang lain, sebenarnya setiap hari kita berdiri di titik stasiun Friedrichstrasse itu.
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...