Fulani Menjadi Ancaman Baru Kristen di Nigeria
KAFANCHAN, SATUHARAPAN.COM – Kekerasan yang dilakukan kelompok ekstremis dan terorisme yang mengatasnamakan Islam telah membinasakan, dalam catatan Catholic News Agency, lebih dari 12.000 umat Kristen di Nigeria, dan menghancurkan lebih dari 2.000 gereja.
Menurut Catholic News Agency, pada hari Selasa (3/1), dengan mengutip penjelasan seorang uskup lokal, Joseph Bagobiri – yang sebelumnya mengatakan kepada organisasi amal Katolik Internasional, Aid to the Church in Need – bahwa Boko Haram sejak lama dikenal melakukan aktivitas terorisme yakni pembunuhan di negara tersebut, tapi dalam satu tahun terakhir terdapat satu kelompok ekstremis dan teroris baru yang melanda negara itu yakni Fulani Herdsmen Terrorist (FHT).
Bagobiri menjelaskan dalam tiga bulan terakhir, kelompok yang terdiri atas orang-orang Fulani yang hidup secara nomaden telah melakukan aksi teror di hampir sebagian Negara Bagian Kaduna, di wilayah utara Nigeria.
Uskup Joseph Bagobiri dari Keuskupan Kafanchan memberikan angka secara terperinci tentang serangan di daerah tersebut yang telah berlangsung sejak September 2016 dan mengakibatkan 53 desa hancur karena dibakar, 808 orang terbunuh, dan 57 orang luka-luka, 1.422 rumah dan 16 gereja dihancurkan.
Meskipun kelompok ini tidak terlalu terkenal bagi masyarakat luas, Bagobiri mengatakan, FHT kini menjadi ancaman besar bagi orang Kristen dan Muslim moderat.
Secara historis, kata Bagobiri, konflik sporadis antara para gembala Fulani dan petani berebut lahan terjadi sejak lama, tetapi gembala Fulani, sekarang menggunakan senjata canggih yang tidak mereka miliki sebelumnya. “Seperti AK-47 yang tidak diketahui asalnya,” kata Bagobiri.
Dia menambahkan: "Selain sosial dan ekonomi yang telah memicu konflik sejak zaman kuno, seperti distribusi tanah dan kekurangan penggembalaan, dimensi dari masalah ini telah berubah karena Fulani yang merupakan kelompok Muslim kini menyerang tanah yang dimiliki kelompok etnis Kristiani. Selain itu ada kebencian agama yang semakin memperparah agresi Fulani,” uskup mengatakan.
Bagobiri menambahkan banyak penduduk desa mengisahkan cerita sedih tentang desa mereka yang mengalami serangan, terutama umat Kristiani yang memiliki bisnis kecil, sama halnya dengan gereja yang mengalami kehancuran. “Kita tidak dapat mengatakan lagi kekerasan ditujukan hanya etnis tertentu, karena suku lain di Nigeria juga ada yang Kristiani,” kata dia.
Bagobiri merasa sedih karena pembantaian Kristiani di Nigeria tidak mendapat perhatian dunia intenrasional. Bahkan pemerintah Nigeria tidak memperhatikan. “Penyerangan terhadap umat Kristianí mendapat perbedaan perlakuan dari kepemimpinan negara ini, karena kepolisian tidak memiliki perangkat persenjataan, atau mereka tidak mendapat perintah,” kata Bagobiri.
Bagobiri menjelaskan bahwa kemunculan FHT merupakan dampak dari makin maraknya Muslim fundamental di negara tersebut, terutama dengan munculnya hukum syariah yang telah diperkenalkan di 12 dari 36 negara bagian di Nigeria.
“Hukum syariah adalah lambang dari ketidakadilan dan diskriminasi,” kata dia.
Dia memberi contoh sering kali Muslim yang melakukan tindakan kriminal dibebaskan, walau Muslim tersebut telah membunuh umat Kristiani yang diduga kuat melakukan penodaan agama. (catholicnewsagency.com)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...