Gabungan TNI Kerjakan Sekat Kanal di Kalimantan Tengah
PALANGKARAYA, SATUHARAPAN.COM - Gabungan TNI dari Denzipur 8, Marinir dan Kostrad sebanyak 325 personil kerjakan sekat kanal di Desa Tumbang Nusa,Kecamatan Jabiren, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Mayor Slamet Riyadi dari Denzipur 8 mengatakan, target 10 hari pembuatan sekat kanal akan bisa diaktualisasikan jika pompa airnya lebih banyak. " Saat ini kita hanya memiliki 9 alat berat (excavator) di lokasi. Nanti mlm akan datang lagi 2 alat berat," katanya.
Personil terbagi 2 shift dan bekerja sampai 24 jam sehari.Personil berasal dari Denzipur 8, Marinir dan Kostrad. Ia menambahkan, kendala saat ini pompa harus lebih banyak, agar embung dapat segera diairi, maximal 30 pompa. Untuk Pengerukan akan dilakukan selama 7 hari.
"Informasi terakhir yang kami terima saat rapat, pompa diberikan oleh Kementerian LHK," katanya.
Ia menuturkan, kendala lain kayu kelapa untuk pembuatan alas, susah didapatkan. Biasanya didapat dari warga dan beli, sedangkan untuk kebutuhan air ditanjung nusa berasal dari sungai kahayan, tetapi lokasi sungai 5 km. Sehingga konsep yang ditanjung nusa akan membuat tembusan air, di bawah jembatan.
Saat ini Personil dari Kostrad sedang melakukan penggalian dibawah jembatan. Target embung 28 embung dengan ukuran 10x10 m dan saat ini sudah jadi 3 embung. Sedangkan panjang kanal yang dibuat sudah 1,2 km di sisi kanan dan 1,5 km di sisi kiri. Luas sekat kanal adalah 7 km.
Komandan Satgas Tanggap Darurat Karlahut Provinsi Kalteng Kolonel Arhanud (Arh) Purwo Sudaryanto mengatakan, TNI AD sudah mulai mengerjakan instruksi Presiden Joko Widodo sejak 2 hari lalu.
"Sudah sejak 2 hari lalu, TNI dengan total 325 personil mengerjakan itu. Adapun tugas mereka meliputi pembuatan kanal, pintu air, serta embung untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan, dan lahan di wilayah Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren, Kabupaten Pulang Pisau,' katanya.
BNPB Kerahkan 25 Pesawat dan Helikopter
Sementara itu, BNPB menambah helikopter water bombing, untuk padamkan api dan asap akibat Karhutla di Sumatera dan Kalimantan.
Total ada 21 pesawat dan helikopter water bombing, untuk operasi udara, yaitu 19 helikopter water bombing, 2 pesawat Air Tractor water bombing, dan 4 pesawat hujan buatan.
Dari 19 heli tersebar di Riau 3 unit, Jambi 4, Sumsel 5, Kalbar 2, Kalteng 3, dan Kalsel 2.
Dua pesawat Air Tractor dari Kementerian LHK ditempatkan di Sumsel, sedangkan 4 pesawat hujan buatan digelar di Riau, Sumsel, Kalbar dan Kalteng.
Operasi udara ini adalah, yang terbesar dibandingkan tahun 2014 dalam mengatasi karhutla. Tahun 2014, operasi udara didukung 12 heli dan 3 pesawat hujan buatan.
Untuk operasi darat, saat ini dikerahkan 20.837 personil tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan lainnya.
Sebanyak 3.773 personil TNI dari pusat diperbantukan di Riau 1.444 personil, Sumsel 1.294 personil, Kalteng 500 personil, dan Kalsel 535 personil. Sedangkan Polri dari satuan Brimob dan Penyidik dari pusat yang dikerahkan 770 personil.
Cuaca kering, terbatasnya air dan sarana prasarana serta luasnya wilayah yang terbakar menjadi kendala dalam pemadaman.
Api yang sudah padam, terbakar kembali karena gambut terbakar di bawah permukaan. Selain itu, pembakaran juga masih terjadi di lahan pertanian, perkebunan dan semak belukar.
Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang pendek. Pada Senin (28/9) pukul 15.00 WIB, jarak pandang di Palangkaraya 400 m, Muara Teweh 100 m, Pontianak 600 m, Jambi 400 m, Pekanbaru 1.000 m, Rengat 300 m, Kerinci 400 m, dan Palembang 2 km. Kualitas udara seperti ISPU di Pontianak 705 (Berbahaya), Palangkaraya (Berbahaya), Palembang 261 (Sangat Tidak Sehat), dan Pekanbaru 208 (Tidak Sehat).
Ancaman Karhutla berpotensi hingga akhir November 2015, jika pencegahan tidak dilakukan dengan keras dan tegas. (bnpb.go.id)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...