Gadis London Kisahkan Hidupnya Sebagai Orang ISIS (+Video)
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Salah satu dari tiga siswi dari London Timur yang meninggalkan Inggris untuk menjadi ‘pengantin jihad’ di Suriah telah mengonfirmasi bahwa ia sekarang tinggal di Negara Islam (sebutan lain dari Islamic State of Iraq and Syria/ISIS). Ia mengirim gambar ayam dan keripik di Twitter.
Amira Abase, 15, meninggalkan distrik Bethnal Green bersama dengan Shamima Begum 15, dan Kadiza Sultana, 16, pada Februari. Mereka diyakini tinggal di kota Suriah Raqqa.
Sekarang, hampir dua bulan setelah kepergiannya, Amira berbagi potongan hidupnya di Negara Islam. Ia mengunggah foto di media sosial online-nya menikmati makan malam dengan ‘pengantin jihad’ remaja lainnya.
Amira —men-tweet dengan nama Bintt Abbas—memberi keterangan fotonya ‘dawlah takeaway w / @ um_ayoub12’. ‘Dawla’ adalah nama lain untuk Negara Islam.
‘Um-ayoub12’ adalah nama pengguna Twitter lain, yang menggambarkan dirinya sebagai muhajirah berumur 16 tahun. Dia diyakini sebagai salah satu dari puluhan remaja Barat yang telah melakukan perjalanan dari Eropa untuk bergabung ISIS.
Teman Amira makan malam menggunakan gambar profil yang sama dengan gadis berusia 15 tahun dari Bethnal Green. Awal tahun ini gadis ini men-tweet: ‘… mau memenggal beberapa kafir sekarang’.
Akun Twitter Amira menunjukkan gambar dari kehidupan sehari-hari Amira sebagai remaja di East London pada bulan-bulan sebelum dia berangkat ke Suriah.
Itu termasuk foto-foto menara dari neon pena stabilo selama sesi revisi di Bethnal Green Academy. Ia juga mengunggah gambar dari langit London yang tampaknya telah diambil dari rumah keluarganya.
The murid berprestasi pas-pasan ini juga berbagi kegemarannya akan pakaian dan sepatu bermerek Vans dan Nike. Ia juga menggemari klub sepak bola Chelsea FC.
Dia juga tampaknya menjadi penggemar camilan Cookies & Cream. Ia men-tweet gambar yang diambil di café Whitechapel dan menyatakan café itu punya ‘wafel terbaik’.
Sebelum keberangkatannya ke Suriah, dia mengunggah gambar dirinya dengan dua orang teman, diyakini sesama pelarian Shamima Begum dan Kadiza Sultana, sebelum keberangkatan mereka. Ini menunjukkan trio ini duduk di taman London, dan judul ‘Akhwaat’, yang berarti ‘saudara’ dalam bahasa Arab.
Awal pekan ini, dilaporkan bahwa Abase dan dua teman-teman sekelasnya telah bergabung dengan kelompok menakutkan dari Inggris. Yaitu, jihadis perempuan yang menjalankan kepolisian ultra-religius ISIS.
Shamima Begum telah menjalin hubungan media sosial dengan tiga pemimpin brigade al-Khansa Inggris—milisi perempuan yang didirikan oleh kelompok teror setahun lalu. Hal ini dimengerti jika trio kini bergabung dengan milisi perempuan di Negara Islam Irak dan Suriah.
Tertutup pakaian hitam dari kepala sampai kaki dan memegang senjata otomatis, grup tersebut telah dituduh melakukan penyiksaan biadab di jalan-jalan Raqqa. Mereka juga memata-matai warga negaranya.
Mereka dikatakan berpatroli di jalan-jalan ibu kota kelompok teror itu. Mereka sebelumnya telah menyatakan bahwa anak-anak berumur sembilan harus menikah. Mereka mengatakan perempuan harus mematuhi laki-laki—yang menguasai mereka—dan tetap ‘tersembunyi dan terselubung’ setiap saat.
Kelompok ini beroperasi sebagai polisi ultra—menindas, memantau perilaku perempuan di kota dan menerapkan hukuman brutal kepada siapa pun yang memakai sepatu yang tidak hitam atau kerudung yang terbuat dari bahan yang ‘salah’.
Menurut kelompok aktivis Suriah ‘Raqqa telah Disiksa Diam-diam’, polisi perempuan fanatik itu ditakuti oleh perempuan lokal karena penggunaan penyiksaan. (dailymail.co.uk)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...