Gerakan Tamarod Tumbuh Subur Di Musim Semi Arab
SATUHARAPAN.COM – Gerakan massa akar rumput dalam rentang waktu yang panjang dan ruang yang luas telah menjadi kekuatan untuk menggulingkan pemerintahan yang korup, otoritarian, primordial, dan sektarian. Dan gelombang gerakan ini tengah melanda Afrika Utara dan Timur Tengah.
Gelombang yang disebut Musim Semi Arab, atau Arab Spring tumbuh dari kekuatan akar rumput. Gerakan massa di Mesir adalah model yang tengah diadopsi di sejumlah negara di Timur Tengah, meskipun diwarnai vasiari karena konteks lokal (nasional) mereka dan sasarannya. Namun tujuannya menampilkan kesamaan, yaitu mengembalikan negara sebagai rumah bersama seluruh komponen bangsa (dan konsekuensinya membangun konstitusi yang inklusif), serta (upaya kedepan selanjutnya) mengubah pemerintahan menjadi akuntabel dan terukur secara demokratis.
Di Mesir, people power dimotori oleh kelompok Tamarod (kata ini berarti pemberontak) yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, bahkan kemudian Presiden Mohammed Morsi yang hanya bertahan selama setahun, karena menjalankan pemerintahan yang cenderung sektarian.
Mereka mampu menggulingkan pemerintahan Mubarak yang telah berpuluh tahun berkuasa, tetapi juga terus mengawal pemerintahan baru. Pengumpulan tanda tangan selama beberapa pekan oleh Tamarod menghasilkan gerakan yang dimulai 30 Juni dan akhirnya menggulingkan Presiden Mohammed Morsi, karena dinilai melenceng dari tujuan revolusi 2011.
Hal ini terjadi karena pemerintahan Morsi tidak peka, tidak mengindahkan tujuan gerakan massa yang dipelopori oleh Tamarod, yaitu Mesir sebagai rumah bagi semua orang Mesir. Konstitusi yang inklusif adalah prasyarat. Morsi dan juga Ikhwanul Muslimin lupa akan hal ini, dan melihat revolusi Mesir hanya sebuah peluang untuk tampil di tampuk kekuasaan. Hal ini yang membuat pemerintahannya secepat itu menjadi target bagi kaum Tamarod.
Yang menarik adalah pemanfaatan teknologi informasi. Revolusi Mesir Januari 2011 “difasilitasi” media sosial. Tergulingnya Morsi juga oleh penggalangan tanda tangan melalui internet. Cara yang mirip tengah terjadi di Tunisia. Bahkan gerakan kelompok “Tamarod” tengah terjadi di Bahrain, Libya, Maroko, Suriah, dan di Palestina, khususnya terhadap kelompok Hamas di Gaza. Gerakan Tamaron dilatar-belakangi pengalaman dan tuntutan politik mereka sendiri.
Mengikuti Jejak Mesir
Di Tunisia, awal Juli ini gerakan Tamarod tumbuh. Mereka terinspirasi Tamarod Mesir dan mengumpulkan tanda tangan. Hingga 26 Agustus sudah diperoleh 1,6 juta tanda tangan dari dua target mereka. (ahram.org.eg).
Tuntutan utama di Tunisia adalah konstitusi hasil konsensus seluruh komponen nasional. Mereka menolak konstitusi yang hanya disusun oleh “sekelompok ahli”. Mereka juga menghadapi tantangan kelompok yang menginginkan konstitusi atas dasar syariat Islam, serta kekerasan dalam politik.
Yang membedakannya dari Mesir adalah Tamarod Tunisia menolak keterlibatan militer dalam politik. Mereka juga menambahkan tuntutan penyelidikan atas pembunuhan dua tokoh oposisi sebagai cerminan negara hukum.
Tamarod Bahrain diluncurkan pada 14 Agustus menandai Hari Kemerdekaan Bahrain dari Inggris pada tahun 1971. Pemerintah jelas menolak untuk mengakui. Mereka berkampanye menyerukan pembangkangan sipil secara parsial di kota-kota di Bahrain.
"Demokrasi" adalah tagline yang mereka gunakan. Mereka bergerak untuk reformasi sistem dan masih berjuang untuk menciptakan kebersamaan baru secara nasional di antara komponen akar rumput. Hussein Youssef menilai gerakan mereka cukup berhasil dengan 60-65 persen tingkat partisipasi gerakan di ibukota, dan 58 persen di daerah. Youssef sendiri sekarang di bawah perlindungan PBB di Beirut setelah pemerintah Bahrain meminta deportasi.
Gerakan Tamarod Palestina di Gaza menargetkan Hamas yang juga mitra dekat Ikhwanul Muslimin. Juru bicara mereka, Qais El-Baroudi menyebutkan gerakan mereka muncul karena Hamas menghancurkan tujuan sejati gerakan pembebasan nasional Palestina.
Gerakan mereka dimotori kelompok muda yang dimarjinalkan. Mereka menentang dan protes karena lingkungan politik tanpa demokrasi dan partisipasi sipil. Mereka tampil dalam menyebarkan video lewat internet. Namun empat dari pemuda pelopor Tamarod Palestina ini ditangkap.
Tamarod Gaza tidak menggunakan cara pengumpulan tanda tangan atau petisi, karena mereka menilai tidak memiliki peradilan yang independen. Mereka lebih banyak mengumpulkan fakta di lapangan dan menyebarkan ke publik melalui jejaring sosial yang dimulai awal Juli.
Gerakan Tamarod juga tengah tumbuh di Libya yang juga tidak puas dengan pemerintahan baru setelah Moamar Qadafi terbunuh. Mereka ingin merebut kembali revolusi mereka yang terampas.
Di Suriah yang tengah dilanda perang sipil antara pemerintah dan koalisi oposisi, gerakan Tamarod pun muncul. Mereka tengah mengumpulkan tanda tangan menentang Koalisi Nasional Suriah. Mereka melihat bahwa koalisi mulai tidak sejalan dengan janji mereka. Di Maroko , kampanye Tamarod setempat dimulai dengan seruan untuk menjatuhkan pemerintahan Islam dari Partai Keadilan dan Pembangunan, dan mendapatkan dukungan rakyat dari berbagai kalangan.
Gerakan Tamarod di Timur Tengah tidak lagi bisa diabaikan oleh pemerintah setempat. Ini adalah wajah Musim Semi Arab, di mana seluruh komponen nasional tumbuh dengan cepat menentang pemerintahan yang tidak akuntabel dan sistem kenegaraan yang mengabaikan konsensus dan inklusif.
Gerakan Tamarod yang terus tumbuh menandai bahwa Timur Tengah akan terus bergolak, kecuali reformasi berjalan melalui sarana-sarana dialog dan konsensus, penghormatan pada hak-hak sipil warga negara, serta meninggalkan kekuatan senjata. Dan kita belum tahu buah apa yang akan dihasilkan dari segala yang tumbuh di Musim Semi yang masih akan terus berlangsung.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...