Jalan Soeharto?
SATUHARAPAN.COM - Ada kelompok yang menghendaki agar empat jalan yang mengelilingi lapangan Monumen Nasional (Monas) diganti dengan nama-nama pahlawan. Jalan Medan Merdeka Utara diusulkan menjadi nama Jalan Soekarno, pahlawan proklamasi dan pahlawan masional. Jalan Medan Merdeka Selatan diganti menjadi Jalan Mohammad Hatta. Jalan Mendan Merdeka Timur diganti menjadi Jalan Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta, dan Jalan Mendan Merdeka Barat diganti dengan Jalan Soeharto, mantan presiden kedua Indonesia.
Usul itu keluar dari Ketua Delegasi Panitia 17 Jimmly Asshiddiqie yang berkeinginan nama-nama pahlawan diabadikan menjadi nama-nama jalan dan gedung tertentu. Pemberian nama itu dimulai dari DKI Jakarta. Usul ini menimbulkan perdebatan, terutama penggantian nama Jalan Medan Merdeka Barat menjadi Jalan Soeharto. Untuk nama Soekarno dan Mohammad Hatta tampaknya tidak menimbulkan pro dan kontra.
Manamai jalan utama di kota dengan nama pahlawan memang lazim di Indonesia. Soekarno dan Mohammad Hatta begitu lama baru diberi gelar pahlawan proklamasi dan kemudian menunggu begitu lama lagi Soekarno diberi pahlawan nasional. Gelar kepahlawanan itu memang tak perlu diperdebatakan jika digunakan untuk nama jalan di Kota Jakarta.
Jadi, secara sederhana akan menimbulkan pertanyaan apakah Soeharto bisa dijadikan nama jalan utama di Jakarta? Soeharto memang disebutkan sebagai Bapak Pembangunan namun sejauh ini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Lalu apakah pas jika nama itu digunakan untuk jalan utama di Jakarta?
Sedangkan Ali Sadikin, memang dikenal sebagai gubernur DKI Jakarta yang terkenal dan jasanya juga tidak diragukan. Namun juga sejauh ini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Namun demikian tampaknya tidak menimbulkan perdebatan sekeras Soeharto, di mana pemerintahannya yang lebih dari tiga dekade dinilai otoritarian dan harus dihentikan dengan aksi massa yang masif.
Di pihak lain, pertanyaan muncul karena dua nama jalan diganti dengan nama pahlawan nasional, mengapa yang lain bukan pahlawan nasional. Pertanyaan yang lain muncul karena apakah penamaan Medan Merdeka sebagai tidak pas dan harus diganti? Bukankah nama itu menandai kawasan tersebut berada pada pusaran penting perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan?
Penggantian nama memang bisa dianggap sebagai hal yang sederhana dan tidak harus diperdebatan. Namun implikasi pemberian nama itu cukup serius, karena terkait dengan pengakuan akan figur yang namanya digunakan. Kontroversi yang masih meliputi figur itu akan menjadi kontroversi penamaan jalan tersebut.
Mengajukan usul penggantian nama jalan yang menimbulkan kontroversi ini sebenarnya yang tidak pas. Sebab, penghargaan terhadap tokoh dan mana pahlawan bisa dengan banyak cara. Penghargaan pada Soekarno yang dikenal sebagai penggali Pancasila justru lebih penting dengan mengimplementasikan Pancasila sebagai dasar negara dan nilai-nilainya hidup dalam setiap kebijakan pemerintahan dan kehidpuan bangsa.
Penghargaan kepada Mohammad Hatta justru sangat penting dengan membangun ekonomi Indonesia yang lebih berkeadilan melalui koperasi dan ekonomi kekeluargaan yang manfaatnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan ekonomi yang dikuasai elite pemilik modal, bahkan dikelola dengan cara yang membuat kita makin terjajah secara ekonomi oleh pihak luar. Menghormati Hatta dengan membangun ekonomi yang berkeadilan, yang tidak memberi ruang bagi transaksi gelap dan korupsi.
Menghargai Ali Sadikin dengan cara menjadikan Jakarta kota yang moderen, ramah lingkungan dan tertib. Bukan kota yang setiap sudutnya dikuasai preman, dan rakyatnya selalu ketakutan dihantui oleh kriminal.
Mereka yang masih memuja Soeharto, lebih baik jika menempatkan dia sebagai model dalam pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Membangun jalan dan jembatan untuk menghidupkan perekonomian daerah, dan tidak membiarkan jalan rusak sampai bertahun-tahun. Membangun puskesmas, sekolah dan wirausaha di daerah jauh lebih penting.
Kita sebenarnya perlu tegas untuk tidak risau dengan ada atau tidak ada nama jalan Soekarno atau Mohammad Hatta. Tapi kita justru harus risau kalau Pancasila dibaikan, kalau ekonomi rakyat dilecehkan. Maka, bersikeras mengajukan nama Soeharto yang masih kontroversi justru mengaburkan fokus yang dihadapi oleh bangsa ini dengan agenda-agenda utama yang justru dicontohkan oleh nama-nama tersebut dalam pengabdiannya bagi bangsa dan negara kita.
Editor : Sabar Subekti
Kesamaan Persepsi Guru dan Orangtua dapat Cegah Kekerasan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Co-founder Sehat Jiwa Nur Ihsanti Amalia mengatakan, kesamaan persepsi an...