Gereja Amerika Ubah Aturan Setelah Pernikahan Sesama Jenis Disahkan
AMERIKA, SATUHARAPAN.COM - Hak kesetaraan bagi kaum momoseksual di Amerika Serikat (AS) semakin diakui negara, termasuk pernikahan sesama jenis. Hal ini menjadi kekawatiran beberapa gereja di AS, dimana gereja masih berpedoman dengan yang namanya perkawinan adalah antara seorang pria dan seorang perempuan.
Kawatir dapat digugat secara hukum oleh pasangan gay, beberapa gereja telah merubah peraturan yang memperjelas pandangannya bahwa berdasar Alkitab pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang wanita.
Meskipun belum ada gereja yang dituntut, namun beberapa ahli hukum menyarankan supaya gereja segera merubah peraturan. Karena sudah terjadi kasus penuntutan pada perusahaan penyelenggara pernikahan yang menolak melayani pasangan gay.
Sementara ada kritikus berpendapat bahwa perubahan tidak diperlukan, tetapi beberapa gereja mulai kawatir jika hal ini hanya masalah waktu saja, sebelum salah satu dari gereja digugat.
"Saya pikir pernikahan adalah selalu antara satu pria dan satu wanita, namun Mahkamah Agung dalam keputusan 5-4 mengatakan tidak," kata Gregory S. Erwin, seorang pengacara dari Louisiana Baptist Convention, sebuah asosiasi gereja Baptis Selatan dan dia mengusulkan supaya gereja mengubah peraturannya. "Saya pikir lebih baik untuk bersiap karena hukum berubah. Amerika berubah."
Pada Juni 2013, Mahkamah Agung AS memutuskan UU Perkawinan di wilayah hukum Federal yang mendefinisikan bahwa pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang wanita. Namun di keputusan kedua adalah melegalkan pernikahan gay, khusus di negara bagian California.
Kevin Snider, seorang pengacara mengatakan beberapa pemimpin agama di negara bagian California telah diancam dengan tuntutan hukum jika menolak melakukan upacara pernikahan sesama jenis.
Tiga belas negara bagian dan Distrik Columbia sekarang mengakui pernikahan gay.
Beberapa denominasi Kristen, seperti United Church of Christ dan the Unitarian Universalist Association of Congregations, menerima pernikahan gay. Gereja Episkopal baru-baru ini menyetujui berkat bagi pasangan berjenis kelamin sama, tetapi masing-masing uskup belum memutuskan apakah akan mengizinkan upacara pernikahan sesama jenis di keuskupannya.
Mayoritas denominasi gereja Kristen melihat hubungan homoseksual sebagai dosa. Dalam denominasi yang lebih hirarkis, seperti Gereja Katolik Roma atau Gereja United Methodist, masih terikat kebijakan dengan denominasi yang lebih besar. Tapi gereja-gereja non-denominasi dan gereja yang lebih mapan sering kali secara mandiri memutuskan berbagai masalah sosial seperti pernikahan gay.
Eric Rassbach adalah seorang pengacara yang didanai oleh Becket Fund for Religious Liberty, sebuah yayasan yang membela hak-hak kebebasan berekspresi dari semua agama. Dia mengatakan tidak mungkin pemerintah memaksa seorang pendeta untuk melakukan pernikahan sesama jenis, tetapi gereja yang menyewakan fasilitasnya kepada masyarakat umum bisa menghadapi masalah jika mereka menolak untuk disewa oleh pasangan gay.
Meskipun organisasinya belum menganjurkan hal itu, dia mengatakan, gereja supaya memperkuat posisi hukum yang menjelaskan secara tertulis keyakinan gerejanya tentang pernikahan.
"Sejumlah Gereja tidak memiliki doktrin tertulis," kata Rassbach. "Katakanlah sebuah kelompok seperti Baptis Primitif - mereka tidak ingin kredo tertulis, tapi pengadilan menyukai hal-hal yang tertulis."
Rassbach mengatakan hal itu penting bagi gereja untuk menuangkan keyakinannya secara tertulis sebelum timbul sengketa, jika tidak, pengadilan dapat menilai seolah-olah sesuatu dilakukan setelah fakta, sebagai upaya untuk menutupi permusuhan terhadap kaum gay.
Pastor Chad Mills dari Airline Baptist Church mengatakan, masyarakat dapat menggunakan fasilitas milik gereja untuk banyak kegiatan. Di masa lalu, siapa saja yang bisa membayar biaya, diizinkan untuk memesan ruang. Namun baru-baru ini, gereja mengubah kebijakan sewa yang memungkinkan acara pernikahan hanya untuk pasangan pria-wanita.
Beberapa denominasi kurang peduli tentang putusan Mahkamah Agung. The Assemblies of God (Sidang Jemaat Allah), kelompok gereja yang terdiri dari denominasi Pentakosta terbesar di dunia, sudah memiliki penasihat hukum. Seorang pengacaranya mengatakan, tidak ada alasan untuk mengubah peraturan gereja mereka.
Perubahan peraturan diusulkan pada saat banyak gereja sedang bergulat dengan pernikahan gay dan bekerja keras untuk menjadi lebih ramah terhadap kaum gay dan lesbian.
"Ini mungkin salah satu masalah gereja yang paling sulit yang harus kita hadapi sekarang," kata Doug Anderson, koordinator nasional Gereja Injili Vineyard. "Ini hampir situasi yang mustahil untuk mendamaikan apa yang terjadi dalam budaya kita, dan seluruh teologi kita yang harus menyambut dan mencintai semua orang, tapi melawan apa yang tertulis dalam Alkitab." (AP/abcnews.go.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...