Gereja-gereja di Sudan Selatan Serukan Pihak Berkonflik untuk Gencatan Senjata
JUBA, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin agama Sudan Selatan turun tangan dengan menyerukan pihak yang berkonflik untuk segera melakukan gencatan senjata, sedangkan Persekutuan Global Gereja Kristen Lutheran (LWF) tetap berada di lapangan untuk membantu para pengungsi keluar dari kawasan terjadinya konflik.
Sekitar 200 ribu orang dilaporkan mengungsi dan seribu orang tewas sejak pecahnya pertempuran di Juba ibu kota sudan selatan pada 15/12. Menurut kabar, lebih dari 23.500 orang telah mengungsi ke negara tetangga.
Sudan selatan merupakan sebuah negara baru, dibentuk pada 2011 setelah memperoleh kemerdekaan dari sudan setelah konflik yang terjadi selama puluhan tahun.
Departement for World Service (DWS) The Lutheran World Federation (LWF) telah mampu menegakkan sebuah layanan penting di LWF dengan menjalankan program melalui staf nasional dan lokal, meskipun harus mengevakuasi staf internasional karena situasi keamanan di Desember.
LWF didirikan pada 1947 di Lund, Swedia. LWF kini memiliki 142 anggota gereja di 79 negara di seluruh dunia, yang mewakili lebih dari 70 juta orang Kristen.
Saat ini LWF bersama-sama dengan anggota ACT dan Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi (UNHCR) sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi konflik yang dihadapi Sudan Selatan.
Sedangkan warga yang sudah melarikan diri untuk terbebas dari konflik sudah mendirikan kemah di bawah pohon sambil mencoba untuk mengidupi diri sendiri. Dua anggota staff internasional telah kemabali ke Juba dan sedang melakukan koordinasi dengan adanya keterlibatan LWS.
Perwakilan DWS di Sudan Selatan, Arie dan Toom melaporkan bahwa staff LWF telah membantu mendistribusikan barang-barang non-makanan yang disediakan oleh Organisasi Migrasi Internasional (IOM) untuk 6.000 keluarga di Jonglei bagian timur Sudan Selatan, kawasan yang dijadikat tempat pelarian diri dari pertempuran sengit di Bor. Kami juga sudah menjajaki dengan UNHCR mengenal kelanjutan pekerjaan kami dalam perlindungan anak dan pendidikan bagi pengungsi dari southern Khordofan dan Blue Nile Serikat, den Toom menambahkan.
LWF juga sedang mempersiapkan para pengungsi agar dapat masuk ke kamp-kamp di Ethiopia, Kenya, dan Uganda dengan membawa staf darurat tambahan, bahan makanan, dukungan penting lainnya bagi para pendatang baru nantinya.
"Jumlah pengungsi baru per hari meningkat dengan cepat, awalnya berada di angka puluhan, tapi sekarang telah memasuki angka 300 bahkan mendekati 400 orang per hari," ucap Lennart Hernander, perwakilan DWS di Kenya. Pengungsi yang tiba pada 5 Januari adalah anak-anak yang jumlahnya mencapai 388 orang.
Hernander menambahkan, " bahwa pada saat ini ada yang harus segera ditingkatkan, yakni respon dalam perlindungan anak, pendidikan darurat, air dan perdamaian dan keamanan."
LWF telah terlibat dalam konflik di Sudan Selatan ini selama lebih dari dua dekade dengan memberikan bantuan kemanusiaan di Juba, Jonglei, Unity, dan Upper Nile. Melihat perkembangan ini, LWF merasa prihatin karena dampaknya pada ribuan orang ketika pada akhirnya kekerasan dan pembicaraan harus terulang kembali, kata DWS Direktur Rev Eberhard Hitzler
Ia menambahkan, "Kami memiliki keprihatinan yang mendalam bagi orang-orang yang telah lelah setelah perang saudara yang terjadi bertahun-tahun. Namun sekarang harus terjadi lagi dan kembali menghadapi situasi konflik dan kekerasan."
"Tidak ada solusi militer yang dapat menawarkan perdamaian di Sudan Selatan, hal tersebut lah yang kami pelajari selama kami disini. Gencatan senjata dan solusi politik harus segera dilakukan demi ribuan orang yang telah menderita akibat konflik ini.
Menurut laporan dari sumber terpercaya, telah terjadi pembunuhan masal dan pelanggaran HAM yang dilakukan baik oleh tentara negara ataupun pemberontak. Direktur DWS ini pun telah mendesak agar United Nations Mission in the Republic of South Sudans (UNMISS) agar lebih tegas dan efektif dalam perlindungan warga sipil di Sudan Selatan .
Pada 5 Januari, para pemimpin agama di Sudan Selatan telah mengeluarkan pernyataan bersama dengan menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan, pernyataan tersebut mereka beri nama " God Save Our ââNation South Sudan."
Pernyataan ini berisi: "Kami mencari perdamaian dan gencatan senjata segera dilakukan dan sambut dunia tanpa campur tangan dan akhiri pembunuhan mereka yang tak berdosa: perempuan, anak-anak, penyandang cacat dan orang-orang tua. Dan, kami mendesak diakhirinya penyalahgunaan yang marak terjadi di seluruh Negara."
Pada saat yang sama para pemimpin agama juga mendesak agar negara-negara tetangga dan masyarakat internasional untuk mendekati para pemimpin politik Sudan Selatan agar segera mengakhiri konflik ini." Kami lelah dengan perang ini, kami perlu kedamaian dan perdamaian Sudan Selatan adalah Perdamaian Afrika," kata pernyataan itu
Editor : Bayu Probo
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...