Gereja Harus Perhatikan Masalah HIV AIDS Lebih Serius
KAMERUN, SATUHARAPAN.COM - Teolog Kamerun, Pdt Dr Priscille Djomhoue, mengungkapkan, bahwa permasalahan HIV dan AIDS telah mendapat perhatian yang serius dari beberapa gereja di Kamerun. Berbagai cara pendekatan dilakukan gereja agar masalah ini dapat ditanggulangi.
“Masalah HIV dan AIDS telah dibahas dengan berbagai cara oleh gereja-gereja di Kamerun. Beberapa gereja mengadakan program dengan stuktur yang baik. Misalnya Gereja Presbyterian di Kamerun (PCC), bekerja melalui jemaat, seminari teologi, sekolah menengah dan unit kesehatan,” ucap Pdt. Dr. Priscille Djomhoue
PCC langsung berhadapan dengan delapan masalah penting, yakni pencegahan, perawatan, konseling, peningkatan kapasitas, advokasi, refleksi, pendidikan, dan pemberian dukungan. Di seminari dan sekolah mereka telah menyiapkan klub HIV dan AIDS yang memberikan informasi pada para siswa mengenai hal tersebut.
Program tersebut tidak hanya diajarkan di institusi teologi saja, tapi juga pada institusi berdisiplin ilmu lainnya. Beberapa siswa memilih isu yang berkaitan dengan HIV sebagai bahan disertasi mereka.
Di gereja lainnya, masalah ini diajarkan melalui khotbah, studi alkitab, dan konseling, namun masih sering kurang terorganisir dengan cara yang baik. Orang yang hidup dalam HIV dan AIDS masih diperlakukan seperti orang sakit pada umumnya. Di beberapa gereja juga belum dilengkapi dengan peralatan dan dukungan yang baik.
Mengurangi Dampak Diskriminasi Gender
Pemerintah Kamerun juga telah mengambil bagian untuk mengurang permasalahan diskriminasi gender, agar terwujud hubungan yang harmonis antara pria dan wanita. Sayangnya, akibat pertentangan di beberapa gereja yang hal ini dapat lambat disampaikan.
“Sementara itu, pemerintah Kamerun berusaha untuk mengurangi diskriminasi gender dengan memperkenalkan hukum inklusif yang memberikan persamaan hak pada pria dan wanita. Beberapa pemimpin agama mendorong pengembangan hubungan yang harmonis antara pria dan wanita. Namun, adanya pertentangan di dalam, menjadi penyebab lambatnya gereja dalam menyampaikan hal mengenai gender,” Priscille Djomhoue menambahkan.
Bahkan, dengan tanggung jawab mereka, wanita diharapkan mengikuti keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Hal itu meruupakan salah satu konsekuensi dari praktek tersebut, dan membuat perempuan tidak mampu mengambil keputusan untuk dapat mencegah penyakit seks menular, atau memilih cara aman berhubungan seks dengan laki-laki.
Pelecehan seksual menjadi masalah besar lainnya. Dalam rangka mempertahankan pekerjaan, atau berhasil dalam pelatihan, sekolah atau studi lainnya, beberapa perempuan dipaksa berhubungan seks yang dengan para pimpinannya.
Patriarki tersembunyi di balik praktek-praktek tersebut adalah sarana yang menyebakan HIV terus menyebar. Selain terdapat faktor penyebab lainnya, dimana wanita menjadi bagian dari sistem eksploitasi.
Teologi Kristen Inspirasi Atasi HIV
Di Kamerun, hasil disertasi mengenai HIV dan AIDS yang ditulis para siswa sangat membantu gereja untuk menyadarkan masalah ini. Mereka dipekerjakan oleh pendeta yang memiliki pemikiran terbuka dan menggunakannya untuk mendidik jemaat mereka mengenai penyakit ini.
Selain itu, terdapat tulisan lainnya yang membimbing pembacaan Alkitab untuk mencari cara dalam menanggapi tantangan dari HIV dan AIDS. Tulisan-tulisan tersebut mempertimbangkan pada aspek budaya dan tradisi, sehingga membantu gereja-gereja untuk berbicara mengenai penyebaran penyakit ini. Beberapa tulisan tersebut termasuk ajaran Alkitab kontekstual yang digunakan oleh kelompok-kelompok di gereja.
Teologi Kristen berharap dapat menginspirasi gereja-gereja dalam menanggulang masalah HIV. Hal ini dapat membantu mengartikan pembacaan yang salah dari Alkitab yang dianggap mendorong dampak yang membuat pemahaman diterangi oleh Injil kehidupan dan cinta, bukan membantu menciptakan kesadaran HIV.
Tantangan saat ini adalah untuk menyadarkan gereja-gereja dan lembaga Kristen agar bergandengan tangan untuk bertempur melawan HIV dan AIDS melalui program yang terstruktur dengan baik. (oikumene.org)
Editor : Bayu Probo
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...