GKI dan GKJ Kerja Sama Bor Sumur Air di Gunung Kidul
SATUHARAPAN.COM – Badan Pelayanan Klasis (Baplekas) Gereja Kristen Jawa bekerja sama Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klaten, RED dan para donatur mengebor tanah di Gunung Kidul untuk mendapatkan sumber air.
Sejumlah warga menatap pipa pralon di tengah ladang kering. Matahari mulai terbenam namun mereka tetap bergeming. Suasana hening. Yang terdengar hanya suara mesin pompa. Mereka menanti dengan berdebar-debar. “Sooorrr....” Air bersih muncrat dari ujung pipa itu. Sontak warga dusun Dawung, desa Gedangsari, Gunungkidul ini bersorak gembira.
Karena berada di pegunungan kapur, setiap musim kemarau warga ini didera kekurangan air. Sumber air mengering. Mereka harus membeli air bersih dari mobil tangki air komersial sebanyak Rp 150 ribu per tangki. Melihat kondisi ini, Bapelklas GKJ Bidang Kesaksian Pelayanan se-DIY dan Klasis Klaten Barat bersepakat bekerja sama untuk melakukan pengeboran sumber air. Mereka lalu menggandeng GKI Klaten, RED, dan para donatur.
Pengeboran dilakukan tanggal 9 Oktober di lahan pelungguh milik pemerintah desa Serut. Diawali dengan doa singkat, mesin bor mulai menderu menyusupkan mata bor ke dalam tanah. Setelah mencapai kedalaman 102 meter, sumber mata air ditemukan. Warga yang berdebar-debar menyaksikan proses itu, merasa lega. Sumber air sudah dekat. Sekitar 1.000 warga di sekitar sumur bor ini tidak perlu lagi ngangsu (menimba, Red) air sejauh dua kilometer.
Pendeta Heri Windarto sebagai koordinator menyatakan bahwa aksi ini merupakan partisipasi aktif gereja dalam mewujudkan kehidupan bersama dengan gereja-gereja lain dan semua komunitas untuk mewujudkan keadilan, kesetaraan, perdamaian, dan kesejahteraan (shalom) demi pemulihan martabat manusia sebagai gambar Allah.
“Di tengah keprihatinan sosial yang mengancam kesejahteraan dan keutuhan masyarakat, dan bencana alam serta kerusakan ekologis yang makin parah, gereja-gereja di Yogyakarta dan Klaten Barat sebagai bagian dari Rumah tangga Allah terpanggil untuk memelihara hidup sebagai anugerah Tuhan, serta menjadi teman sekerja Allah dalam melindungi, menjaga dan melestarikan seluruh ciptaan,” lanjut pendeta dari GKJ Gantiwarno, Klaten ini. Mengutip dari Mazmur 24:1 “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya,” pendeta Heri menyatakan bahwa dunia menjadi tempat kediaman seluruh ciptaan Allah dan hidup saling menopang sebagai bagian dari rumah tangga Allah.
Air dari sumur bor ini dipompa ke bak penampungan induk yang berada di lokasi tertinggi. Selanjutnya didistribusikan dengan pemipaan ke rumah-rumah warga di tempat yang lebih rendah. Untuk pengelolaan dan pemeliharaan diserahkan sepenuhnya kepada warga. Pendeta Heri berharap bahwa sumur ini dapat menjadi media perjumpaan warga sehingga terjadi dialog dan harmoni. “Semoga bisa menjadi seperti sumur Yakub. Di tempat itu, terjadi perjumpaan antara Yesus yang berbangsa Yahudi dengan perempuan Samaria. Dari perjumpaan itu, terjadi dialog yang konstruktif,” katanya.
Haul Gus Dur, Menag: Gus Dur Tetap Hidup dalam Doa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengatakan, “Gus Dur adalah pribadi y...