Google Singkap Permintaan Rahasia AS untuk Data
SAN FRANCISCO, SATUHARAPAN.COM - Google pada Senin (3/2) untuk pertama kalinya menyingkap petikan sejumlah permintaan rahasia Amerika Serikat untuk data pengguna dengan alasan untuk memerangi terorisme.
Para pejabat AS menggunakan otoritas Foreign Intelligence Surveillance Act (UU Pengintaian Intelijen Asing/FISA) untuk meminta informasi dari sekitar 9.000 hingga 10.000 pengguna akun Google dalam enam bulan pertama pada 2013 dan sekitar 12.000 hingga 13.000 akun dalam enam bulan sebelumnya, menurut sebuah pesan blog.
Perilisan data itu mengalami penundaan selama enam bulan di bawah ketentuan sebuah perjanjian dengan Departemen Kehakiman AS, untuk mengizinkan perusahaaan-perusahaan internet sedikit lebih terbuka mengenai seberapa banyak informasi yang diminta di bawah otoritas perintah pengadilan FISA.
“Memublikasikan data jumlah itu adalah sebuah langkah menuju arah yang benar, dan menunjukkan prinsip-prinsip untuk reformasi yang kami umumkan bersama perusahaan lain Desember lalu,” kata direktur penegakan hukum dan hukum keamanan informasi Google Richard Salgado dalam sebuah pesan blog.
“Namun kami masih yakin lebih banyak transparansi perlu dilakukan agar semua orang bisa mengerti cara kerja hukum pengintaian dengan lebih baik dan memutuskan apakah hukum itu sesuai dengan kepentingan publik atau tidak.”
Google melaporkan memasukkan jumlah permintaan FISA dalam laporan rutin Transparency Report mengenai upaya pemerintah untuk mendapat data dari raksasa internet yang berbasis di California itu.
Facebook, Microsoft dan Yahoo pada hari Senin juga mulai melaporkan rincian tentang jumlah permintaan pemerintah untuk data yang mereka terima, kata Reuters. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...