Griya Mutiara, Rumah bagi Penggiat Kerukunan Beragama
BOGOR, SATUHARAPAN.COM - Rumah Rakeeman Jumaan, seperti rumah intelektual muda muslim lazimnya, dicirikan dengan banyaknya buku yang telah ia pelajari dan juga ciri keterbukaannya untuk membuka ruang dialog dengan orang-orang yang hendak bertukar hikmat dan kearifan agama. Sebuah rumah bambu yang dipenuhi ratusan buku agama, dinamai dengan Rumah Mutiara, atau dalam bahasa Arab ditulis Daar El-Jumaan, didirikan sebagai rumah persinggahan orang-orang muda dari berbagai pemeluk agama untuk menggali mutiara hikmat agama-agama.
Berawal dari kerinduan untuk mempelajari agama-agama dan kitab-kitab suci, Rakeeman berjumpa dengan orang-orang yang selalu menyediakan buku agama untuk ia pelajari. Rakeeman yang masa muda tinggal di Jatibarang berkenalan dengan keluarga Kristen yang memiliki alkitab berbahasa Sunda yang menarik perhatiannya. Tak segan-segan, Rakeeman pada waktu itu berjalan berpuluh-puluh kilometer jauhnya hanya untuk bertemu pendeta dan belajar tentang agama.
Pada awal bekerja sebagai guru, Rakeeman bergaul dengan para ulama pengajar dialog agama dan buku-buku apologetik dialektik yang banyak berisikan tentang Dialog Islam-Kristen, hingga berkesempatan berkorespondensi dengan seorang ulama besar dari Durban, Afrika.
Rakeeman pada akhirnya memilih untuk mendalami agama Islam dan menjadi pengajar studi perbandingan agama-agama di Perguruan JAMAI, Bogor.
Rakeeman kini berfokus pada metode barunya dalam mempelajari agama-agama. Rakeeman bertutur, “Saya sudah lama meninggalkan metode debat kusir (apologetik-dialektik), sekarang saya mengejar persamaan-persamaan dari agama-agama dengan cara mencari titik temu dari agama-agama.”
ÂRakeeman kemudian berkenalan dan berkawan dengan semua kalangan dari berbagai agama. Saya menemukan banyak hal yang saya pelajari, tidak saja masalah Kristologi, yang selama ini menjadi bahan perdebatan Islam dan Kristen. “Kristologi sendiri hanya sebagian kecil, ada Perjanjian lama, Perjanjian baru, dan banyak lagi,” ujar Rakeeman, yang akhirnya belajar secara mandiri bahasa Ibarani dan Yunani dan menjadi pengajar Bahasa Ibrani. Rakeeman juga tidak segan-segan terlibat dalam perkuliahan atau pendalaman agama di sekolah tinggi teologi dan di berbagai perguruan tinggi.
Mimpi Rakeeman tidak berhenti di bangku belajar. Ia mewujudkan mimpinya dalam rumah bambu yang dirancangnya sendiri di dekat rumahnya di Bogor. Griya Bambu itu didedikasikan sebagai pusat pendalaman dan dialog lintas agama. Rakeeman juga terlibat sebagai nara sumber di kelas multikultural di acara lintas agama di Bandung, pada awal Desember 2013, yang diselenggarakan oleh Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan jaringan lintas iman Jakatarub, Bandung.
Rencananya, setiap bulan, kami mendatangkan pembicara asli dari berbagai kalangan agama, kata Rakeeman. Tentang dasar gerakan lintas agama yang ia gagas, Rakeeman mengatakan, Secara teologis, banyak titik temu yang dapat mempersatukan agama-agama. Dengan spirit kemanusiaan sama, dan dengan mengabaikan hal-hal yang bertentangan, umat beragama bisa bersatu. Saya malah menggagas Griya Bambu ini sebagai simpul lintas agama di Kabupaten Bogor.Â
Rakeeman juga menjelaskan dalam setahun terakhir, Griya Bambu dikunjungi anak-anak muda dari berbagai agama, di antaranya anak-anak muda dari UIN Tasikmalaya, yang menunggu untuk berdialog dengan Rakeeman. Sedangkan minggu sebelumnya, kaum muda dari Saksi Yehowah juga berkunjung ke Griya Bambu "Daar El-Jumaan".
Rakeeman menyambut gembira, karena sesuai keinginannya semakin banyak anak muda yang berkunjung ke Griya Bambu. Dengan lebih menjangkau anak-anak muda dan remaja, Rakeeman yakin mereka akan menjadi generasi penerus yang dapat menjadi penggiat kerukunan di masa mendatang, tentu saja dengan pemahaman yang semakin baik tentang agama-agama yang ada.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...