John Kerry: Penderitaan Bagian dari Rencana Allah
HO CHI MIN CITY, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pernah meninggalkan iman Katholiknya saat menjadi tentara yang dikirim ke Vietnam. Ia meninggalkan Allah di tengah kecamuk perang. Namun, ia kembali kepada iman kristianinya setelah mendapat “pencerahan”. Ia menyimpulkan bahwa penderitaan yang merupakan bagian dari rencana Allah.
Setelah Perang Vietnam mengguncang imannya, koresponden Martha Raddatz dalam acara ABC "This Week” Minggu (15/12) bertanya kepadanya, “Bagaimana Anda mendapatkan iman kembali?”
Kerry menjawab bahwa ia berpikir banyak tentang hal itu. “Pencerahan”nya ia dapat dari membaca bagian Alkitab yang membahas tentang penderitaan. Dan, ia menyadari bahwa, mengingat kehendak bebas yang diberikan oleh Allah, orang bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa tertentu di bumi.
“Pencerahan dari Allah mengingatkan saya bahwa masih ada tujuan dalam karya Allah yang mendefinisikan diri berbeda dengan cara-cara yang mungkin berasal dari kedangkalan pikiran,” kata Kerry. “Anda membaca surat-surat Rasul Paulus dan juga bagian lain dari Kitab Suci yang berbicara tentang penderitaan dan kesulitan. Dan, itu semua membuat saya mendapat pemahaman lebih baik. Anda tahu, tidak setiap kali kita melihat Allah menentukan dan membuat setiap keputusan untuk segala sesuatu. Namun, Dia menciptakan suatu kerangka tempat kita semua bertanggung jawab untuk membuat sesuatu terjadi.”
Dia menambahkan Presiden John F. Kennedy “membuat kesimpulan yang sangat baik” ketika ia berkata, “di bumi, karya Allah harus benar-benar terwujud dalam diri kita.”
Wawancara berlangsung di Vietnam. Setelah kembali dari perang, Kerry keluar menentang perang, dan terkenal karena bersaksi di depan Kongres. Namun demikian, baru-baru ini, dia telah bekerja dengan sesama rekan Senat dan veteran Perang Vietnam John McCain untuk menormalisasi hubungan dengan Vietnam. Kerry adalah calon presiden dari Partai Demokrat pada 2004 dan McCain adalah calon presiden dari Partai Republik pada 2008.
Raddatz juga menanyakan apakah Kerry memikirkan fakta bahwa dia membunuh seseorang saat menjadi tentara. “Ya kadang-kadang,” jawabnya. “Tapi saya tidak terjebak di sana. Saya selalu menolak untuk terjebak di sana. Itu memang terjadi. Kami berada dalam kondisi perang. Dan itu sudah berakhir. Dan, tujuan saya menjadi masa depan saya. Tujuan saya adalah bagaimana kita bertindak dan berbuat untuk menjadikan sesuatu lebih baik.” (christianpost.com)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...