Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 01:00 WIB | Minggu, 01 Juni 2014

Gunung Sangiang: Tempat Beternak dan Berladang Wijen

Gunung Sangiang: Tempat Beternak dan Berladang Wijen
Puncak Gunung Sangiang, seperti ditunjukkan jari pemotret. (Foto-foto: Fadlik Al Iman)
Gunung Sangiang: Tempat Beternak dan Berladang Wijen
Rumah-rumah panggung yang dimanfaatkan warga untuk menginap ketika menggarap ladang wijen dan beternak kerbau, kambing atau sapi.
Gunung Sangiang: Tempat Beternak dan Berladang Wijen
Kerbau-kerbau milik warga yang berendam di laut di pulau Sangiang.

DENPASAR, SATUHARAPAN.COM – Gunung Sangiang di Pulau Sangiang, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus pada hari Jumat (30/5), dan terus menunjukkan aktivitas. Hujan debu vulkanik juga telah mencapai kawasan pemukiman di sekitarnya. Pulau vulkanik ini menarik karena tempat berladang dan beternak warga.

Berikut ini catatan dari pegiat lingkungan di Bali dan Sumbawa, Fadlik Al Iman dan  koordinator guide, Ama Sire, yang bekerja di kawasan tersebut.  Keduanya sempat mendaki gunung itu sebulan lalu, sebelum gunung itu meletus.

Gunung Sangiang terletak di sebelah utara Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa.  Fadlik sebulan lalu mendaki gunung  yang berketinggian 1986 meter  dari permukaan laut (dpl). Ama Sire memberi tahu bahwa kepulan asap membumbungkan setinggi lebih dari 3.000 meter.

Menurut Ama Sire, masih ada warga yang tinggal di pulau itu. Jika aktivitas terus meningkat maka perlu evakuasi.  Disebutkan sejumlah relawan tengah membantu ekvakuasi warga.

Fadlik menjelaskan bahwa Gunung Sangiang memiliki dua mulut kawah besar. Kawah yang paling aktif berada di tengah, kawah di sebelah timur pernah juga meletus beberapa puluh tahun lalu, seperti diungkapkan Dala, warga desa Sukamaju yang berada di lereng  Gunung Sangiang.

Menurut Ama Sire, letusan itu mengeluarkan abu vulkanik yang disertai  tiga kali getaran gempa sekitar pukul 16.45 WIT gari Jumat. Meski sudah banyak warga yang mengungsi,  namun Ama Sire masih mengkhawatirkan warga yang masih ada di Pulau itu.

Warga di Pulau Sangiang

Warga  di sana memanfaatkan pulau Sangiang untuk berladang dan melepas ternak kambing, kerbau dan sapi. Semua ternak dilepas, sehingga landang diberi pagar. Rumah-rumah panggung dibangun untuk penginapan pendaki dan warga yang beretnak atau berladang.

Ada sekitar 50 keluarga yang hidup di sana, kebanyakan berladang tanaman Wijen. Pada bulan lalu hasil panennya kurang memuaskan, kata Abu, warga yang tinggal di Sangiang  ditemui Fadliki satu bulan yang lalu. Ketika panen Wijen membaik, hasilnya cukup besar dan bisa untuk perhi Haji ke Tanah Suci, membeli tanah, menambah jumlah ternak atau ditabung.

Fadlik menceritakan, yang unik dari Pulau adalah banyak ternak mengambil airnya di pantai, karena banyak mata air di sana. Setiap pagi nampak kerbau berjejer di pantai untuk berendam. Fadlik membayangkan pengalaman di Afrika ketika melihat puluhan Wildebeest berendam di Danau Ngorongoro. Bndanya yang ini di laut.

Seperti Krakatau

Gunung Sangiang berada di Pulau Sangiang yang luasnya 215 kilometer persegi. Dalam perjalanan pendakian akan disuguhi pemandangan hamparan savanna pada ketinggian 1.500 mdpl. Jika  beruntung pendaki bisa menyaksikan kawanan  babi, rusa serta sapi khas Sangiang yang ukurannya lebih besar dari sapi biasa.

Meski tak setinggi gunung  lain di NTB, Rinjani atau Tambora,  Gunung Sangiang berada pada urutan teratas siaga di Provinsi NTB.

Untuk mencapai Pulau Sangiang bisa ditempuh dengan menyewa pearhu klotok milik warga, tarifnya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu satu kali berangkat. Waktu tempuhnya sampai 1,5 jam. Gunung ini mirip  Krakatau yang dikelilingi laut di selat Sunda. Dari Kecamatan Wera, prndki bisa mengarungi Selat Flores, atau jika cuaca cerah bisa melihat Pulau Komodo di sebelah Timur.

Gunung Sangiang memiliki sejarah letusan yang panjang, tercatat pernah meletus pada tahun 1953, 1964, 1985, 1987, 1998 dan sekarang 2014. Di balik keindahan alam Sangiang, memang tersimpan potensi letusan.


BERITA TERKAIT
BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home