Gunung Sangiang: Tempat Beternak dan Berladang Wijen
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM – Gunung Sangiang di Pulau Sangiang, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus pada hari Jumat (30/5), dan terus menunjukkan aktivitas. Hujan debu vulkanik juga telah mencapai kawasan pemukiman di sekitarnya. Pulau vulkanik ini menarik karena tempat berladang dan beternak warga.
Berikut ini catatan dari pegiat lingkungan di Bali dan Sumbawa, Fadlik Al Iman dan koordinator guide, Ama Sire, yang bekerja di kawasan tersebut. Keduanya sempat mendaki gunung itu sebulan lalu, sebelum gunung itu meletus.
Gunung Sangiang terletak di sebelah utara Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa. Fadlik sebulan lalu mendaki gunung yang berketinggian 1986 meter dari permukaan laut (dpl). Ama Sire memberi tahu bahwa kepulan asap membumbungkan setinggi lebih dari 3.000 meter.
Menurut Ama Sire, masih ada warga yang tinggal di pulau itu. Jika aktivitas terus meningkat maka perlu evakuasi. Disebutkan sejumlah relawan tengah membantu ekvakuasi warga.
Fadlik menjelaskan bahwa Gunung Sangiang memiliki dua mulut kawah besar. Kawah yang paling aktif berada di tengah, kawah di sebelah timur pernah juga meletus beberapa puluh tahun lalu, seperti diungkapkan Dala, warga desa Sukamaju yang berada di lereng Gunung Sangiang.
Menurut Ama Sire, letusan itu mengeluarkan abu vulkanik yang disertai tiga kali getaran gempa sekitar pukul 16.45 WIT gari Jumat. Meski sudah banyak warga yang mengungsi, namun Ama Sire masih mengkhawatirkan warga yang masih ada di Pulau itu.
Warga di Pulau Sangiang
Warga di sana memanfaatkan pulau Sangiang untuk berladang dan melepas ternak kambing, kerbau dan sapi. Semua ternak dilepas, sehingga landang diberi pagar. Rumah-rumah panggung dibangun untuk penginapan pendaki dan warga yang beretnak atau berladang.
Ada sekitar 50 keluarga yang hidup di sana, kebanyakan berladang tanaman Wijen. Pada bulan lalu hasil panennya kurang memuaskan, kata Abu, warga yang tinggal di Sangiang ditemui Fadliki satu bulan yang lalu. Ketika panen Wijen membaik, hasilnya cukup besar dan bisa untuk perhi Haji ke Tanah Suci, membeli tanah, menambah jumlah ternak atau ditabung.
Fadlik menceritakan, yang unik dari Pulau adalah banyak ternak mengambil airnya di pantai, karena banyak mata air di sana. Setiap pagi nampak kerbau berjejer di pantai untuk berendam. Fadlik membayangkan pengalaman di Afrika ketika melihat puluhan Wildebeest berendam di Danau Ngorongoro. Bndanya yang ini di laut.
Seperti Krakatau
Gunung Sangiang berada di Pulau Sangiang yang luasnya 215 kilometer persegi. Dalam perjalanan pendakian akan disuguhi pemandangan hamparan savanna pada ketinggian 1.500 mdpl. Jika beruntung pendaki bisa menyaksikan kawanan babi, rusa serta sapi khas Sangiang yang ukurannya lebih besar dari sapi biasa.
Meski tak setinggi gunung lain di NTB, Rinjani atau Tambora, Gunung Sangiang berada pada urutan teratas siaga di Provinsi NTB.
Untuk mencapai Pulau Sangiang bisa ditempuh dengan menyewa pearhu klotok milik warga, tarifnya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu satu kali berangkat. Waktu tempuhnya sampai 1,5 jam. Gunung ini mirip Krakatau yang dikelilingi laut di selat Sunda. Dari Kecamatan Wera, prndki bisa mengarungi Selat Flores, atau jika cuaca cerah bisa melihat Pulau Komodo di sebelah Timur.
Gunung Sangiang memiliki sejarah letusan yang panjang, tercatat pernah meletus pada tahun 1953, 1964, 1985, 1987, 1998 dan sekarang 2014. Di balik keindahan alam Sangiang, memang tersimpan potensi letusan.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...