Hamas Beri Perintah Baru Cara Penanganan Sandera Jika Pasukan Israel Mendekat
JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Sayap bersenjata Hamas mengatakan pada hari Senin (2/9) bahwa sejak Juni kelompok tersebut telah beroperasi berdasarkan instruksi baru tentang cara menangani sandera jika pasukan Israel mendekati lokasi mereka di Gaza.
Pengumuman tersebut muncul beberapa hari setelah militer Israel menemukan jenazah enam sandera dari sebuah terowongan di kota Rafah, Gaza selatan, dengan mengatakan bahwa mereka telah ditembak mati oleh para penculik mereka saat pasukan Israel mendekat.
Abu Ubaida, juru bicara Brigade al-Qassam, Hamas, tidak memberikan rincian tentang instruksi tersebut. Ia mengatakan kelompoknya menganggap Israel bertanggung jawab atas kematian para sandera.
Instruksi baru tersebut, kata Ubaida, diberikan kepada para penjaga sandera setelah operasi penyelamatan oleh Israel pada bulan Juni. Saat itu, pasukan Israel membebaskan empat sandera dalam sebuah penyerbuan yang menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak.
“Kegigihan Netanyahu untuk membebaskan tahanan melalui tekanan militer, alih-alih menyegel kesepakatan, berarti mereka akan dikembalikan ke keluarga mereka dalam keadaan tertutup. Keluarga mereka harus memilih apakah mereka menginginkan mereka hidup atau mati,” katanya.
Kemudian pada hari Senin (2/9), sayap bersenjata Hamas menerbitkan rekaman video salah satu dari enam sandera yang tewas, mendesak Netanyahu untuk membuat kesepakatan guna membebaskan mereka, dengan mengatakan bahwa ia khawatir ia bisa mati dalam penahanan. Tanggal rekaman video tersebut tidak jelas.
Netanyahu mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin bahwa para sandera telah ditembak di bagian belakang kepala, dan berjanji bahwa Hamas akan membayar harga yang mahal.
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan tuduhan Netanyahu terhadap Hamas merupakan upaya untuk melarikan diri dari tanggung jawab atas kematian mereka, seraya menambahkan bahwa ancamannya kepada para pemimpin Hamas tidak membuat mereka takut.
"Netanyahu membunuh enam tahanan dan dia bertekad untuk membunuh yang tersisa. Israel harus memilih antara Netanyahu atau kesepakatan," kata Abu Zuhri
Israel dan Hamas telah gagal mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri perang dan membebaskan sandera Israel dan asing yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas banyak warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Hamas menginginkan kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang dan mengeluarkan pasukan Israel dari Gaza, sementara Netanyahu mengatakan perang hanya dapat berakhir setelah Hamas dikalahkan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...