Harga Minyak AS Naik Jelang Laporan Persediaan AS
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Harga minyak AS naik pada Selasa atau Rabu (15/1) pagi WIB, didukung angka kuat penjualan ritel menjelang laporan pasokan minyak AS yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan dalam persediaan minyak mentah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 79 sen menjadi ditutup pada 92,59 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 36 sen menjadi menetap di 106,39 dolar AS per barel di perdagangan London.
Kenaikan harga minyak AS terjadi setelah Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel pada Desember menunjukkan peningkatan 0,2 persen selama periode belanja liburan penting, lebih baik dari perkiraan penjualan akan datar.
Penjualan ritel merupakan bagian dari belanja konsumen yang merupakan penggerak utama ekonomi AS, konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Para analis mengatakan harga minyak mentah diposisikan untuk menguat atau reli setelah aksi jual dalam beberapa sesi terakhir. Harga minyak AS turun dari 100,32 dolar AS per barel pada 27 Desember menjadi 91,80 dolar AS pada Senin (13/1).
"Telah terjadi penurunan yang cukup besar dalam harga minyak mentah sejak awal tahun ini," kata David Bouckhout, ahli strategi komoditas senior di TD Securities.
"Beberapa pembeli datang untuk mengambil keuntungan dari tingkat harga yang lebih rendah."
Andy Lebow, wakil presiden senior untuk derivatif energi pada Jefferies Bache, mengatakan para pedagang juga bersiap untuk laporan mingguan Rabu tentang persediaan minyak AS.
Para analis memperkirakan penurunan persediaan minyak mentah 800.000 barel, menurut survei oleh Wall Street Journal.
Sementara itu, minyak Brent telah berada di bawah tekanan dari restorasi sebagian dari minyak Libya, yang analis katakan kembali ke sekitar 650.000 barel per hari setelah mencapai serendah 250.000 barel menyusul terjadinya sejumlah protes politik.
Para pengamat mengatakan perjanjian nuklir pada akhir pekan antara Iran dan Amerika Serikat, China dan negara-negara lainnya juga telah menekan harga minyak. Sebuah pengurangan sanksi terhadap Iran dapat memungkinkan produksi minyak mentah yang lebih tinggi dari negara tersebut. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...