Harian As-Safir Tutup Gara-gara Krisis Politik Libanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Harian Lebanon, As-Safir, mencetak edisi akhirnya pada hari Sabtu (31/12). Surat kabar itu terpaksa ditutup setelah 42 tahun, karena masalah keuangan.
Berita utama pada halaman depan menampilkan editorial berjudul "Bangsa tanpa As-Safir". Masalah keuangan juga melanda sejumlah surat kabar di negara itu.
"Perekonomian tidak baik, demikian juga politik. Ini tidak bisa tidak tercermin dan berdampak pada pers," kata artikel itu, seperti dtkutip Reuters.
Pemimoin redaksi As-Safir, Talal Salman, awal tahun ini menyalahkan penutupan surat kabar akibat penurunnya pendapatan dan masalah politik dan konflik sektarian di Lebanon. Negara itu selama dua tahun tampa presiden dan lembaga negara tidak berfungsi.
Parlemen Lebanon memilih Michel Aoun sebagai presiden pada bulan Oktober tahun ini, setelah lebih dari dua tahun negeri itu tanpa kepala negara. Sementara pemerintahan baru terbentuk Desember ini dengan Perdana menteri Saad Hariri.
Pertumbuhan ekonomi Lebanon melamban sejak runtuhnya pemerintah persatuan dan negara tetangga, Suriah, dilanda perang saudara pada tahun 2011. Produk domestik bruto (PDB) hanya tumbuh dua persen pada tahun 2014.
Editorial As-Safir mengatakan bahwa meskipun Lebanon bisa terhindar dari meningkatnya kekerasan yang melanda sebagian besar kawasan itu dalam beberapa tahun terakhir, efek ekonomi dan politik memukul di negara kecil di tepi Laut Mediterania itu. Libanon juga memikul beban lebih dari satu juta pengungsi Suriah, dan masalam ekonomi memakan korban dunia pers.
As-Safir adalah harian yang dekat dengan kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah. Koran itu didirikan pada tahun 1974 dengan slogan "suara bagi mereka yang tidak memiliki suara".
Surat kabar lain juga telah dipengaruhi oleh merosotnya ekonomi Lebanon, termasuk harian An-Nahar, yang telah mengurangi sebagian besar stafnya.
Serikat pers Lebanon mendesak pemerintah pada pekan ini untuk mengambil langkah memperkuat media cetak di negara itu. As-Safir mengatakan ada diskusi dengan menteri informasi yang baru untuk kemungkinan pendanaan untuk sektor pers bernilai sampai US$ 15 juta per tahun. Namun pemerintah belum menyetujui rencana tersebut.
Sistem politik Libanon lumpuh dan terjadi ketegangan sektarian, akibat perang saudara yang terakhir sekitar 15 tahun yang lalu. Dan situasi memburuk oleh dampak perang Suriah.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...