Hashim: Saya Kecewa Pemberitaan Kompas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai (DPP) Gerindra, Hashim Djojohadikusumo menyampaikan kekecewaannya terhadap Kompas. Bagi dia, Kompas tidak lagi menjadi media yang bisa dia kagumi dari segi pemberitaannya.
“Minggu lalu saya datang ke Kompas, terus terang karena saya kecewa. Saya bilang Kompas tidak lagi menjadi surat kabar yang saya kagumi, banyak berita-berita diplintir, maaf saya bicara apa adanya. Seorang wartawan seharusnya fair, berita yang berimbang, itu yang saya protes,” kata adik Prabowo Subianto saat menjadi pembicara dalam suatu diskusi publik di kantor LPMI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/6).
Dengan suara yang keras dan tegas, Hashim mengatakan kekecewaannya saat media tersebut memuat pemberitaan misanya berupa perbedaan foto-foto Prabowo dan Jokowi.
“Masak foto-fotonya Prabowo naik helikopter, sementara Jokowi sedang berjalan di tengah sawah. Padahal, Jokowi dan Anies Baswedan juga pernah naik jet pribadi,” tukasnya.
Buka-bukaan Pelanggaran HAM
Berbicara soal pelanggaran HAM, Hasim memiliki argumen tersendiri yang berbeda dari media massa mainstream yang menyerangnya.
“Sebelum bicara HAM, maaf saya katakan, kita harus pikir baik-baik dulu. Kalau mau bicara soal pelanggaran HAM, coba lihat yang ada di pihak capres lain, Hendropriyono, tentang bagaimana keterlibatan dirinya dalam Peristiwa Talangsari tahun 1989, sampai dugaan keterlibatan dalam pembunuhan aktivis Munir. Saya harap media kalau bicara yang fair,” tutur Hashim.
Dia kemudian berujar, terserah kalau masyarakat tidak suka capres gemuk, naik kuda, tidak punya istri. Akan tetapi menurut Hashim, Prabowo telah difitnah oleh pers dalam negeri dan luar negeri selama 30 tahun terakhir.
“Bahwa dia pembantai umat di Kraras, Timor Leste. Akan tetapi, lanjut Hashim, silahkan hubungi Pastor Locatelli di Fatumaka, Timor Leste, saksi hidup peristiwa tersebut yang sampai saat ini masih dapat dikonfirmasi, dan masih melayani umat di Fatumaka,” cetusnya.
Locatelli, lanjut Hashim, tahun 2000 pernah memberikan kesaksian kepada wartawan asing Frank Langfitt dari Baltimore Sun, Amerika Serikat, bahwa Prabowo bukan pelaku pembantaian. Memang ada pelaku tentara, tapi menurut kesaksian Locatelli, bukan Prabowo, karena pada saat peristiwa itu, Prabowo berada di tempat lain, ungkap Hashim.
“Kenapa fakta seperti ini tidak dimuat di media massa? Sedangkan Wiranto kok dimuat besar-besaran di Kompas? Padahal waktu pemilu 2009 saja tidak pernah disebut-sebut soal pelanggaran HAM,” ujar dia menyesalkan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Terapi Pijat Taktil Bantu Kelola Gejala ADHD
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pijat dikenal menenangkan dan memiliki banyak manfaat, dan ternyata pijat...