Helen Brown: Uang Suap dan Korupsi Warnai Industri Media di Indonesia
JAKARTA, SATUHARAN - Helen Brown Koresponden Australia Network di Jakarta melaporkan melalui Radio Australia edisi Senin (17/6), mengenai industri media di Indonesia yang diwarnai uang suap dan korupsi. Menurutnya, media-media besar di Indonesia dikuasai oleh orang yang berkuasa dengan memiliki agenda politik masing-masing.
"'Kerajaan' media di Indonesia dikuasai oleh orang-orang berkuasa dengan agenda politiknya masing-masing, dan kadang juga dihadapkan dengan situasi sulit yang membuat saya meningkatkan keterampilan baru, seperti kebiasaan makan siang gratis yang telah disiapkan sebelum konferensi pers." Demikian menurut Helen.
Dalam laporannya, Helen menceritakan temannya seorang wartawan televisi Indonesia yang ditelepon seseorang yang mengaku memiliki hubungan dengan pendukung SBY, meminta dirinya membuat cerita lain dari cerita yang sudah dia dan timnya buat dengan diberi imbalan.
Helen bercerita, "Saat itu, teman saya itu bercerita mengenai sebuah program televisi yang dibuat bersama timnya yang mengangkat soal penghargaan internasional yang akan diberikan kepada Presiden Yudhoyono. Saya sudah melihat program tersebut, yang saya rasa merupakan karya yang baik."
"Acara tersebut menjadi bagian dari diskusi sengit yang telah ramai dibahas sebelumnya mengenai apakah presiden Yudhoyono layak mendapat penghargaan, mengingat ia gagal meredam kekhawatiran soal kericuhan agama yang marak terjadi."
"Dengan kata lain, Presiden SBY sedang tersudut."
"Dan di tengah-tengah makan siang, telepon teman saya berbunyi. Dia mengangkat telepon, dan raut wajah dan suaranya berubah."
"Setelah perbincangan yang lama, akhirnya ia meletakkan kembali teleponnya dan menjelaskan kepada saya apa yang telah terjadi."
"Seseorang yang mengaku memiliki hubungan dengan pendukung SBY telah meminta dirinya untuk membuat cerita lain soal penghargaan tersebut, tetapi dengan mengubah nada berita dan memberikan lebih banyak ruang agar presiden bisa memberikan 'penjelasan'."
"Tidak hanya itu, ia pun diminta untuk menyebutkan 'harganya'. Dan ini membuatnya sangat marah."
"Tidak ada pertanda bahwa kantor Kepresidenan tahu mengenai permintaan tersebut." Tulis Helen.
Hal tersebut menjadi contoh menakjubkan bagi Helen, bagaimana korupsi ditemukan di industri media Indonesia, yang seharusnya bebas dan adil, yang seharusnya menjadi salah satu pilar demokrasi.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...