Hening di Pulau Bali Saat Nyepi
BALI, SATUHARAPAN.COM – Pulau Bali yang dihuni 3,8 juta jiwa dan puluhan ribuan wisatawan mancanegara sedang menikmati liburan di Pulau Dewata, Senin (31/3) tampak sunyi senyap dan hening saat umat Hindu melaksanakan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1936.
Berdasarkan pantauan di Kota Denpasar, tempat-tempat wisata dan pusat perekonomian lainnya yang sehari-hari diwarnai kemacetan lalu lintas berubah total menjadi sunyi senyap, seperti pulau tanpa penghuni, saat umat Hindu diri melaksanakan ibadah tapa brata, empat pantangan.
Pantangan yang wajib dijalani umat Hindu sambil melakukan introspeksi diri berlangsung selama 24 jam sejak pukul 06.00 Wita sebelum matahari terbit hingga pukul 06.00 waktu setempat keesokan harinya.
Tapa Brata Penyepian meliputi amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan/bersenang-senang).
Sepanjang jalan dan gang-gang tampak sepi, kecuali hanya beberapa pecalang (petugas keamanan desa adat) yang berjaga di ujung gang dan perempatan jalan.
Pemandangan serupa hampir terjadi di seluruh pelosok pedesaan di Pulau Dewata.
Wisatawan mancanegara yang sengaja berlibur di Bali, bertepatan dengan umat Hindu melaksanakan tapa brata penyepian hanya diperkenankan melakukan aktivitas di dalam kawasan hotel.
Demikian pula umat non Hindu yang selama ini hidup rukun dan berdampingan satu sama lain pada hari yang "diistimewakan" itu juga sangat menghormati umat Hindu melaksanakan Tapa Brata Penyepian.
Di komplek perumahan Perum-Perumnas Monang-Maning Denpasar, kawasan pemukiman yang dihuni sekitar 2.500 kepala keluarga, yang berasal dari berbagai etnis di Nusantara, dengan toleransi tinggi menghormati pelaksanaan Tapa Brata penyepian.
Pecalang
Suasana sepi dalam lingkungan pemukiman dalam wilayah kota Denpasar, karena penghuninya mengurung diri dalam rumah maupun ditinggal mudik dipantau oleh petugas keamanan desa adat (pecalang) di setiap dusun.
Dari 35 desa adat di Kota Denpasar masing-masing mengerahkan sepuluh pecalang untuk melakukan patroli, di samping disiagakan pecalang dari 360 dusun di ibukota provinsi untuk mengawasi wilayahnya masing-masing.
Menurut Ketua Persatuan Forum Pecalang Kota Denpasar I Made Mudra dalam patroli dan memantau kondisi masyarakat itu sangat diperlukan adanya koordinasi antarpecalang desa adat.
Dengan adanya persatuan forum pecalang di kota Denpasar yang terbentuk sejak 2002 sangat membantu dalam mengamankan hari suci Nyepi beserta rangkaian kegiatan ritualnya.
Pecalang akan membantu masyarakat sekaligus mengantarnya jika ada warga yang membutuhkan pertolongan ke rumah sakit, misalkan untuk melahirkan atau mendapatkan pertolongan medis.
Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar terkait hal tersebut dan telah menyiapkan 15 ambulans yang tersebar di lima titik. (Ant)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...