Hidup Berpegang Teguh Pada Firman Tuhan
"Tetapi kamu, Saudara-saudara yang terkasih kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah supaya jangan kamu terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tidak mengenal hukum dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh" (1 Yoh 3:17 TB Edisi 2 1997)
SATUHARAPAN.COM - Masalah klise dan krusial yang dihadapi umat kristen di abad abad pertama adalah munculnya ajaran sesat yang mengajarkan bahwa Yesus adalah manusia biasa bukan Kristus, Sang Penyelamat dan Juru Selamat Dunia. Ajaran seperti ini tentu menimbulkan kegaduhan bahkan menimbulkan perpecahan dalam kehidupan Jemaat. Ajaran sesat seperti ini muncul dengan suburnya di abad-abad pertama oleh karena munculnya kekosongan rohani dikalangan masyarakat sementara agama yang ada dianggap tidak mampu memberikan kepuasan rohani.
Ajaran sesat dalam berbagai bentuknya memang hampir selalu lahir disetiap zaman. Orang-orang modern acap terkecoh juga dengan "ajaran sesat" oleh karena kehidupan modern yang kering, digitalic dan terkadang menafikan hal hal yang berdimensi spiritualitas.
Surat 1 Yohanes ini memberi pengingatan kepada kita agar kita waspada dan tidak jatuh dalam pelukan orang-orang sesat, dan supaya kita tetap berpegang teguh pada iman kita. Ajaran sesat tidak mesti melulu berbaju teologi atau agama bisa juga berjubah sekuler tetapi pengaruh dan daya penetrasinya bisa melampaui agama-agama.
Sebagai orang modern yang hidup di era digital kita harus terus terpanggil untuk mengamati tingkat kemurnian teologi Gereja kita. Ajaran sesat bisa saja muncul tatkala Gereja takmampu secara tepat dan cepat menjawab berbagai pertanyaan yamg muncul tentang dunia modern.
Tatkala Gereja membisu terhadap berbagai kenyataan hidup yang bertentangan dengan teologi Gereja yang standar maka umat bisa mencari jawab di tempat yang lain. Gereja harus responsif terhadap pergumulan umat dan mengingatkan umat agar menjadikan Firman Tuhan sebagai dasar berpijak dalam kehidupan mereka.
Gereja-gereja kini memasuki Adven IV, adven terakhir dalam rangkaian minggu adven sebelum kita umat kristiani merayakan Natal. Sangat disayangkan bahwa makna Adven sebagai penantian kedatangan Yesus Kristus belum dihayati secara utuh dan penuh. Tatkala Gereja tengah berada pada Minggu Adven II, ada saja Gereja dan lembaga Kristen yang sudah merayakan Natal Realitas paradoksal ini nyaris berulang setiap tahun.
Ke depan kita berharap realitas seperti itu tidak terjadi lagi agar Adven benar-benar menjadi masa penantian umat akan kedatangan Yesus Kristus. Secara rasional sulit dipahami dalam masa penantian Yesus, kita merayakan kelahiran Yesus. Mari kita beragama dengan iman tangguh dan sikap rasional.
Selamat Menyambut dan Merayakan Hari Minggu.
God bless.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...