Hidup Bersama Lupus
Menjadi Odapus tidak mudah.
SATUHARAPAN.COM – Pernah dengar Lupus? Lupus adalah penyakit kronik golongan autoimun, yakni apabila sistem kekebalan tubuh seseorang tidak mengenali dirinya sendiri. Pada Lupus tidak ada tingkatan stadium seperti halnya penyakit kanker. Lupus bisa jadi sangat ringan, juga bisa jadi sangat parah. Tergantung pada banyak faktor: komplikasi penyakit, kondisi lingkungan, dukungan eksternal, dan kematangan emosi pasien yang bersangkutan. Menjadi Odapus (orang dengan Lupus) bisa dibilang susah-susah gampang. Setidaknya ada tiga fase yang perlu dihadapi Odapus dalam masa hidupnya: nyelaki, narimo, dan ngemong.
Fase nyelaki atau penyangkalan terlihat pada awal masa pascadiagnosis Lupus. Pada fase ini seseorang bisa jadi sangat bersedih, atau sangat gembira meski sebenarnya itu gembira yang palsu. Bahkan kalau pun Odapus tersebut berkata ”Saya ikhlas!” dapat dipastikan bahwa ia sedang membual.
Fase narimo atau penerimaan adalah kesadaran dari dalam diri seseorang untuk ikhlas menghadapi kenyataan bahwa ia bersama Lupus. Ukuran yang paling mudah untuk melihat kadar penerimaan adalah seberapa cerah kilat mata dan seberapa manis senyum di wajahnya. Ikhlas itu dari hati dan bukan dari lidah. Ikhlas tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tetapi dapat dirasakan orang di sekitarnya.
Terakhir, fase ngemong Lupus. Menerima penyakit saja tidak cukup, kita mau tidak mau harus belajar mengerti tingkah polah Si Lupus. Ngemong adalah kapabilitas seseorang mengatur emosi, mengatur jam terbang kegiatan, dan mengatur pola hidup sehat. Ngemong juga termasuk kapasitas seseorang untuk mengendalikan Lupus supaya tidak merajalela di dalam tubuh.
Tiga proses tersebut adalah urusan pribadi lepas pribadi. Kedalaman makna dan seberapa lama rentang waktu tiap fase masing-masing Odapus berlainan. Semua kembali kepada diri sendiri. Bagaimana bisa kita minta agar dipercaya orang, kalau kita tidak percaya pada diri sendiri. Bagaimana ceritanya kita minta diterima orang, kalau kita tidak percaya pada diri sendiri. Bagaimana mulanya kita minta dikuatkan orang, kalau kita tidak mau menguatkan diri sendiri.
Menjadi Odapus tidak mudah. Sama seperti menjadi penderita kanker, diabetes, parkinson, AIDS dan ragam penyakit kronik lainnya. Tetapi kita semua wajib tahu, bahwa hanya gara-gara penyakit, hidup kita tidak boleh berhenti. Sebagai penutup, saya kutipkan statement sahabat baik saya, seorang Lupus fighter andal asal Solo, Winjani Prita Dewi: ”Diremehkan itu lumrah, tetapi orang bijak akan selalu mampu membalasnya dengan cara yang lebih elegan, dengan cara yang tidak arogan, tidak serta merta menjatuhkan, tetapi cukup membuat lawannya kewalahan. Keep going, keep moving.”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...