Hikam Luncurkan Buku Deradikalisasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Akademisi dan mantan menteri kabinet di era Gus Dur, Muhammad AS Hikam meluncurkan buku “Deradikalisasi” hari Jumat (12/2) di Bentara Budaya Jakarta Pusat.
Buku setebal 230 halaman itu mengupas soal penanggulangan radikalisme dan gerakan teroris, khususnya di Indonesia. Selain itu Hikam menulis juga tentang peran aktif Masyarakat Sipil Indonesia (MPI). MPI dianggap sebagai kekuatan penting yang komprehensif dan solusi yang efektif dalam menghadapi ancaman gerakan radikalisme dan terorisme, yang dianggap tetap menjadi salah satu ancaman nasional terpenting di negeri ini.
“Pandangan bahwa ideologi dan gerakan radikal menjadi ancaman terpenting tidak berlebihan, mengingat rentetan aksi terorisme, pada tataran internasional, regional dan nasional tetap menunjukkan tren yang mengkhawatirkan,” kata Hikam dalam peluncuran bukunya di Bentara Budaya, Jakarta Pusat, hari Jumat (12/2) sore.
Dalam konteks Indonesia, kata Hikam, ideologi-ideologi dan gerakan radikal tersebut jelas telah mampu menggerakkan aktor-aktor dari warga sipil menjadi aktor teror.
“Warga sipil yang seharusnya menjadi salah satu komponen pendukung pertahanan dan keamanan nasional justru berbalik menjadi para penyebar ideologi radikal dan pelaku akasi-aksi teror yang mengancam nasional secara massif,” kata dia.
Selain itu, kata Hikam, dampak dari ideologi dan aksi radikal tersebut tergantung pada kehidupan berdemokarsi Indonesia saat ini, bahkan, lanjut dia, kondisi keterbukaan sebagai hasil dari demokratisasi kini telah dimanfaatkan oleh para pendukung radikalisme tersebut sehingga memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi mereka untuk berkiprah.
“Kondisi ini jelas perlu ditanggulangi, dan salah satu staregi yang perlu dikembangkan adalah melalui pendekatan soft power seperti program deradikalisasi yang turut melibatkan MSI.
Hikam berpendapat deradikalisasi merupakan suatu strategi yang didasari oleh suatu pemahaman konseptual untuk menangani masalah terkait perkembangan ideologi-ideologi dan aksi-aksi radikalisme
“Netralisasi ideologi pada hakekatnya tetap dibutuhkan sebagai upaya memperkuat benteng pertahanan ideologi warga negara, terutama sebagai penetrasi dan pengaruh ideologi radikal yang membawa dan dipropagandakan oleh kelompok radikal,” kata dia.
“Oleh sebab itu kelompok-kelompok strategis dalam masyarakat juga merupakan sasaran program deradikalisasi, bahkan sosialisasi program perlu lebih diintensifkan dan diperluas demi peringatan deteksi dini,” dia menambahkan.
Editor : Eben E. Siadari
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...