Hollande Dijadwalkan Hadiri KTT Bahas Boko Haram
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Presiden Prancis Francois Hollande dijadwalkan melakukan perjalanan kenegaraan ke Nigeria dan Republik Afrika Tengah, salah satu agenda Hollande yakni menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Afrika bagian Barat.
“Presiden Republik akan melakukan perjalanan ke Republik Afrika Tengah dan Nigeria pada Jumat 13 dan Sabtu 14 Mei, 2016,” demikian pernyataan Istana Kepresidenan Prancis dan diberitakan situs lexpress.fr, hari Jumat (6/5).
Francois Hollande dijadwalkan memberi materi dalam KTT Keamanan Afrika bagian Barat yang akan dilangsungkan di Abuja, Nigeria.
“Kunjungan ke Afrika dalam rangka memberi dukungan untuk perdamaian dan stabilisasi negara,” demikian lanjut pernyataan tersebut.
Hollande dijadwalkan bertemu beberapa kepala negara di Afrika bagian Tengah dalam KTT Keamanan Regional di Abuja, saat di Nigeria Hollande juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Nigeria Muhammadu Buhari.
Dalam KTT tersebut juga akan dihadiri beberapa kepala negara antara lain Kamerun, Chad, Niger, Inggris dan Amerika Serikat.
Pada April 2016, Prancis dan Nigeria menandatangani kerja sama di Paris, Prancis. Kerja sama keamanan meliputi pertukaran intelijen dalam rangka memperkuat memerangi Boko Haram.
Dalam catatan lexpress.fr, kelompok ekstremis Boko Haram – yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State Iraq and Syria (NIIS/ISIS) – telah melakukan berbagai tindak kekerasan sejak 2009.
Jumlah penduduk yang mengalami kerugian di sektor keuangan, menurut Bank Dunia, akibat Boko Haram setidaknya telah mencapai 20.000 orang dan setiap tahun wilayah kekuasaan Boko Haram semakin meluas di Kamerun, Chad dan Niger.
Aksi Teatrikal anti Boko Haram di Kamerun
Saat beberapa negara di kawasan Afrika bagian Barat mempersiapkan pertemuan puncak KTT Regional pada 14 Mei 2016, beberapa pemuda aktivis di Kamerun menggelar aksi teatrikal dan unjuk rasa, hari Jumat (6/5), di sebuah Jalan Raya di ibu kota Kamerun, Yaounde. Aksi tersebut digelar dalam rangka mengingatkan warga Kamerun bahwa mereka juga memiliki bela rasa yang sama sebab berada di bawah ancaman Boko Haram.
“Jangan lupa!,” teriak anggota dari kelompok aktivis Serikat Pemuda Kamerun, Eric Benjamin Lamere, yang ikut dalam unjuk rasa dan teatrikal damai tersebut seperti diberitakan situs France24.
Ucapan tersebut dia ulang terus menerus sambil membawa poster besar yang bertuliskan ‘Jangan Lupa’.
Di bagian lain ada puluhan pemuda yang membentangkan tulisan ‘Jangan Lupa’ yang berukuran lebih besar disertai 1200 nama korban Boko Haram.
Eric mengemukakan dia tengah berduka cita karena ada salah satu kerabatnya menjadi korban keganasan Boko Haram. Eric menjelaskan korban adalah seorang bayi yang baru berusia empat hari, dan korban tertua adalah laki-laki yang telah berusia 87 tahun.
“Mereka bukan satu-satunya korban di Kamerun, tapi kami berhasil mengumpulkan informasi yang cukup tentang mereka yang sehingga mereka bisa diidentifikasi secara akurat,” kata Eric.
Di sebuah rumah sakit militer di Yaoundé meskipun konflik tidak terlalu kelihatan di ibu kota namun hari Jumat (6/5) diberitakan ada sekelompok perwira pasukan khusus mengunjungi tentara Kamerun yang terluka, pasukan khusus tersebut dikabarkan menjadi anggota Pasukan Gabungan Uni Afrika yang bertugas di wilayah yang juga diduduki Boko Haram.
Dalam catatan France24, saat ini lebih kurang terdapat 700-an Tentara Kamerun yang dirawat di rumah sakit, banyak dari mereka terluka dan ada yang diamputasi terkena ranjau darat yang ditanam oleh militan Boko Haram.
Kelompok pemerhati konflik Internasional, International Crisis Group (ICG) beberapa waktu lalu mengeluarkan pernyataan resmi agar Presiden Nigeria Muhammadu Buhari tidak terlalu euforia dengan keberhasilan Militer Nigeria merebut sebuah daerah yang ada di dekat Danau Chad, Nigeria yang sebelumnya dikuasai Boko Haram.
ICG memperingatkan meskipun militer sebuah negara berhasil memukul mundur Boko Haram, namun kepala negara jangan terlalu cepat memberitakan misi mengalahkan kelompok ekstremis tersebut dapat tercapai, karena kemungkinan Boko Haram memiliki “sel tidur” di beberapa negara.
Kepala Pusat Politik dan Studi Kajian Strategis Yaoundé (Centre de la Recherche Des Etudes Politiques Et Stratégique de Yaoundé), Joseph Vincent Ntuda Ebode setuju dengan pernyataan resmi ICG.
“Menghadapi Boko Haram ibaratnya kita melakukan perang non konvensional, bahkan jika kita mengalahkan musuh yang nyata, maka ada musuh lain lagi yang akan datang untuk menyerang,” kata Ebode.
“Banyak orang yang tahu bahwa perang melawan Boko Haram memiliki kemungkinan terburuk, karena tidak ada orang yang dapat memastikan kapan serangan teroris akan berhenti,” Ebode menambahkan.
Ancaman keamanan regional di Afrika, menurut France 24, tidak hanya Boko Haram namun ada Kelompok Al Mourabitoun, sebuah kelompok militan yang bersekutu dengan al Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) yang melakukan serangan bom pada November 2015 di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali.
Kelompok tersebut tercatat pada 15 Januari 2016 juga melancarkan serangan di Ouagadougou, Burkina Faso serangan di Burkina Faso.
Dalam serangan anggota Al Mourabitoun melumpuhkan 30 orang yang dinyatakan meninggal dunia. (lexpress.fr/france24.com).
Editor : Bayu Probo
Seluruh Pengurus PGI Periode 2024-2029 Dilantik dalam Ibadah...
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Majelis Pekerja Harian (MPH), Badan Pengawas (BP), Majelis Pertimbangan (MP)...