“Hukuman Mati Ditakutkan Ganggu Makna Mulia KAA”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Teuku Rezasyah memperkirakan alasan ditundanya pelaksanaan eksekusi hukuman mati gelombang kedua di Pemerintahan Presiden Joko Widodo hingga Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrikz (KAA) berakhir adalah demi mencegah dampak psikologis yang bisa merugikan Indonesia.
“Ada dampak pskiologis yang bisa menghancurkan makna mulia pelaksanaan KAA, kalau eksekusi hukuman mati tetap dilaksanakan,” ucap Reza kepada satuharapan.com, di Jakarta, Rabu (15/4).
Dia mencontohkan, Australia akan mengeluarkan pernyataan dan menyurati sejumlah kepala negara peserta KAA dan mengungkapkan kekecewaan atas pelaksanaan eksekusi hukuman mati terhadap dua warga negara Negeri Kangguru tersebut. “Bisa saja seperti ini terjadi, meskipun nantinya kepala negara yang dikirimi surat tidak membalas, tapi hal tersebut akan jadi headline di media masing-masing negara,” ujar salah satu staf pengajar di Jurusan Hubungan Internasional UNPAD itu.
“Hal itu akan mengganggu hikmah pelaksanaan KAA,” dia menambahkan.
Reza juga menyampaikan sejauh ini persiapan pelaksanaan KAA sudah menyerap banyak energi segenap elemen bangsa Indonesia, sehingga diharapkan pagelaran KAA dapat sukses dilaksanakan.
“Posisi Indonesia sebagai negara inisiator KAA dipertaruhkan, Indonesia yang berani menyelenggarakan konferensi negara di benua Asia dan Afrika ketika kesulitan masih melanda sejumlah negara, dan negara-negara di benua Afrika juga belum banyak yang merdeka,” tutur dia.
“Jadi lewat peringatan 60 tahun KAA ini, Indonesia ingin kembali mengingatkan pentingnya perdamaian di dunia,” Reza menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...