IAEA: Iran Akan Memperkaya Uranium Hingga 20%
VIENNA, SATUHARAPAN.COM-Iran mengatakan kepada pengawas nuklir PBB bahwa mereka berencana untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 20%, tingkat yang dicapai sebelum kesepakatan 2015, di fasilitas Fordow yang berada di bawah gunung, kata badan itu mengatakan pada hari Jumat (1/1).
Langkah tersebut adalah yang terbaru dari beberapa pengumuman terbaru oleh Iran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa pihaknya berencana untuk melanggar kesepakatan lebih lanjut, yang mulai dilanggar pada tahun 2019 sebagai pembalasan atas penarikan Washington dari perjanjian dan penerapan kembali sanksi Amerika Serikat terhadap Teheran.
Langkah ini adalah salah satu dari banyak yang disebutkan dalam undang-undang yang disahkan oleh parlemen Iran bulan lalu sebagai tanggapan atas pembunuhan ilmuwan nuklir negara itu, yang dituduhkan oleh Teheran kepada Israel. Langkah semacam itu oleh Iran dapat mempersulit upaya Presiden terpilih AS, Joe Biden, untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu.
"Iran telah memberi tahu Badan bahwa untuk mematuhi undang-undang yang baru-baru ini disahkan oleh parlemen negara itu, Organisasi Energi Atom Iran bermaksud untuk memproduksi uranium yang diperkaya rendah (LEU) hingga 20 persen di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow," kata IAEA dalam sebuah pernyataan.
Laporan IAEA kepada negara-negara anggota sebelumnya pada hari Jumat yang diperoleh oleh Reuters menggunakan kata-kata yang serupa dalam menggambarkan surat Iran kepada IAEA tertanggal 31 Desember.
"Surat Iran kepada Badan ... tidak menyebutkan kapan aktivitas pengayaan ini akan dilakukan," kata pernyataan IAEA.
Fordow dibangun di dalam gunung, tampaknya untuk melindunginya dari pemboman udara, dan kesepakatan 2015 tidak mengizinkan pengayaan di sana. Iran sudah memperkaya di Fordow dengan sentrifugal IR-1 generasi pertama
Iran telah melanggar batas kesepakatan 3,67% pada kemurnian yang dapat memperkaya uranium, tetapi sejauh ini hanya naik hingga 4,5%, jauh dari 20% yang dicapai sebelum kesepakatan dan 90% pada tingkat untuk senjata.
Tujuan utama kesepakatan itu adalah untuk memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk menghasilkan bahan fiisile yang cukup untuk bom nuklir. Badan intelijen AS dan IAEA yakin Iran memiliki rahasia, program senjata nuklir terkoordinasi yang dihentikan pada tahun 2003. Namun Iran menyangkal pernah memilikinya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...