IDF: Pasukan Israel Terobos Pertahanan Hamas, Mendekati Kota Gaza
16 tentara Israel tewas, dan komandan Hamas untuk Rudal anti tank juga tewas.
GAZA, SATUHARAPAN.COM-Para komandan Tentara Pertahanan Israel (IDF) pada hari Rabu (1/11) menyatakan bahwa pasukan Israel telah melewatir garis pertahanan pertama Hamas dan mendekati Kota Gaza, dan mengatakan bahwa kematian 16 tentara IDF pekan ini di dan dekat Gaza adalah “harga yang mahal.”
Sementara itu, militer terus menggempur Jalur Gaza dan menewaskan komandan rangkaian rudal anti tank kelompok teror tersebut (Hamas).
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan bahwa “dengan perencanaan awal, intelijen yang tepat dan serangan gabungan (dari darat, udara dan laut), pasukan kami berhasil menembus garis depan pertahanan Hamas di utara Jalur Gaza.”
Jenderal Itzik Cohen, komandan Divisi 162 IDF, mengatakan pasukan Israel telah maju jauh ke Gaza dan berada “di gerbang Kota Gaza.”
Cohen, berbicara kepada wartawan di dekat Jalur Gaza, mengatakan bahwa selama lima hari terakhir, “kami telah menghancurkan sebagian besar kemampuan Hamas, menyerang fasilitas strategisnya, seluruh rangkaian bahan peledaknya, terowongan bawah tanahnya dan fasilitas lainnya yang kami hancurkan sepenuhnya.”
Namun, dia memperingatkan bahwa ini adalah “tugas yang panjang” dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Kekuatan udara Israel terus memberikan perlindungan bagi pasukan dan tank yang bertempur di dalam wilayah kantong tersebut. Dalam salah satu serangan udaranya pada hari Rabu, IDF mengatakan pihaknya membunuh komandan susunan rudal anti tank Hamas, Muhammad A’sar.
Menurut pihak militer, A’sar “bertanggung jawab atas semua unit rudal anti tank Hamas di seluruh Jalur Gaza, memimpin unit tersebut pada waktu-waktu rutin, dan membantu aktivitas mereka dalam keadaan darurat.”
Militer menerbitkan video yang menunjukkan serangan udara tersebut. IDF mengatakan bahwa di bawah komandonya, banyak serangan rudal telah dilakukan terhadap warga sipil Israel dan tentara IDF.
Salah satu rudal tersebut menewaskan 11 tentara pada pengangkut personel lapis baja Namer di Gaza pada hari Selasa (31/10). Dua tentara Israel lainnya tewas ketika RPG ditembakkan ke gedung tempat mereka berada.
Dua tentara lainnya tewas ketika tank mereka menabrak alat peledak pada hari Selasa (31/10), dan seorang lainnya tewas akibat tembakan mortir di perbatasan pada hari Rabu (1/11), sehingga jumlah korban tewas pihak militer sejak Selasa pagi menjadi 16 orang.
Korban jiwa tersebut menggarisbawahi ancaman yang dihadapi tentara ketika tentara beralih ke pertempuran perkotaan yang sengit di jalan-jalan padat Gaza setelah berminggu-minggu melakukan serangan udara yang berat.
Zona pertempuran perkotaan diperkirakan dipenuhi dengan bom dan jebakan serta dilemahkan oleh jaringan terowongan yang luas yang digunakan oleh teroris untuk menyergap atau mengejutkan pasukan.
Kepala Staf IDF, Letjen Herzi Halevi, mengatakan dalam surat resminya kepada pasukan pada hari Rabu bahwa “harga yang mahal dan menyakitkan” yang harus dibayar selama perang melawan Hamas adalah “perlu.”
“Kami berada di tengah-tengah perang. Ini akan menjadi perang yang panjang dan kami akan berjuang sampai akhir. Kami bersikap proaktif dan memerangi musuh di wilayah mereka, menyerang mereka tepat di tempat mereka menjalankan rencana mereka dan di tempat asal teroris jahat,” tulis Halevi.
“Kami maju dalam tahapan perang, dan beroperasi di wilayah musuh, didukung oleh tembakan yang tepat dan berat. Kegiatan tersebut akan terus berlanjut dan meningkat sesuai dengan tahapan perang dan tujuannya, sebagaimana ditentukan oleh pemerintah Israel,” katanya.
“Kami memperjuangkan hak kami dan hak generasi mendatang untuk hidup aman dan sejahtera di tanah air kami,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan dalam konferensi pers bahwa perang ini menuntut “harga yang mahal,” dan menyebut tentara yang gugur sebagai “anak-anak kita semua.”
Israel “harus menyerang musuh demi mereka yang gugur, demi mereka yang masih hidup, demi rakyat Israel, dan demi Negara Israel,” katanya.
“Pertempuran sengit sedang terjadi di Gaza. IDF sedang bergerak maju untuk mengalahkan Hamas,” tambah Gallant. “Perang berjalan sesuai dengan tujuannya. Hamas menderita pukulan hebat. Lebih dari 10.000 amunisi dijatuhkan di Kota Gaza, ribuan sasaran terkena, ribuan lokasi hancur, ribuan teroris dilenyapkan.”
Dia mengatakan, tentara IDF menghadapi orang-orang bersenjata Hamas yang muncul dari terowongan, rumah sakit dan sekolah, dan bersumpah bahwa Israel “tidak akan berhenti sampai kita berhasil menangkap semua teroris, dari semua tingkatan,” dan menambahkan: “Musuh hanya punya dua pilihan: mati atau menyerah tanpa syarat.”
Israel Minta ICRC Bertemu Sandera
Baik Gallant maupun Halevi berkata Israel bekerja tanpa henti untuk menjamin pembebasan 242 tawanan yang diculik ke Gaza oleh kelompok teror selama serangan tanggal 7 Oktober, yang sebagian besar adalah warga sipil. Seorang pejabat tinggi Hamas mengatakan bahwa jika ada kesempatan, kelompok teror Palestina akan mengulangi pembantaian serupa berulang kali.
Sebagai bagian dari upaya Yerusalem untuk membebaskan para sandera, Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, berbicara pada hari Rabu dengan presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Mirjana Spoljaric, dan mengkritik keras tindakan organisasi tersebut sejauh ini.
Kantor Cohen mengatakan dia mengatakan kepada Spoljaric bahwa ICRC harus meminta untuk bertemu dan memberikan bantuan medis kepada semua sandera.
“Palang Merah tidak punya hak untuk eksis jika mereka tidak berhasil mengunjungi para sandera yang ditawan oleh kelompok teror Hamas,” kata Cohen kepada Spoljaric, seraya mencatat bahwa “anak-anak, perempuan, dan penyintas Holocaust” ditawan.
Warga Asing Keluar Gaza
Sementara itu, ratusan orang di Gaza dengan paspor asing diizinkan keluar dari Jalur Gaza pada hari Rabu, keluar melalui penyeberangan Rafah di Mesir bersama dengan puluhan warga Palestina yang terluka parah dan akan menerima perawatan medis.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengumumkan bahwa warga negara Amerika yang ingin meninggalkan Gaza dapat melakukannya, dengan beberapa orang akan keluar pada hari Rabu dan beberapa lainnya akan keluar dalam beberapa hari ke depan.
Sekitar 700 orang Amerika diyakini tinggal di Gaza, sekitar 400 di antara mereka telah menghubungi pihak berwenang Amerika sejak pecahnya perang untuk menyatakan minatnya untuk pergi, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.
AS sedang berupaya untuk mengeluarkan 400 warganya dari Gaza bersama dengan 600 anggota keluarga mereka, kata Miller.
Diperkirakan 800.000 warga Palestina telah melarikan diri ke selatan dari Kota Gaza dan wilayah utara lainnya menyusul seruan berulang kali dari Israel untuk mengungsi, namun ratusan ribu orang masih tetap berada di utara, termasuk banyak yang pergi dan kemudian kembali karena Israel juga melakukan serangan udara di selatan.
Israel mengatakan serangannya ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas, dan telah berjanji untuk melenyapkan seluruh kelompok teror yang menguasai Jalur Gaza. Dikatakan bahwa mereka menargetkan semua wilayah di mana Hamas beroperasi, sambil berusaha meminimalkan korban sipil.
Perang ini dipicu pada tanggal 7 Oktober, ketika sekitar 3.000 teroris yang dipimpin oleh Hamas menyerbu melintasi perbatasan ke Israel dari Jalur Gaza melalui darat, udara dan laut, menewaskan sekitar 1.400 orang di bawah kedok ribuan roket yang ditembakkan ke kota-kota Israel.
Sebagian besar dari mereka yang terbunuh ketika teroris menyerbu komunitas perbatasan adalah warga sipil, termasuk bayi, anak-anak dan orang tua. Seluruh keluarga dieksekusi di rumah mereka, dan lebih dari 260 orang dibantai di sebuah festival di luar ruangan, banyak di antara mereka di tengah aksi kebrutalan mengerikan yang dilakukan para teroris.
Menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 8.700 warga Palestina tewas dalam perang tersebut, dan lebih dari 22.000 orang terluka. Jumlah tersebut, yang tidak dapat dikonfirmasi, merupakan hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade kekerasan Israel-Palestina.
Hamas dituduh membesar-besarkan jumlah korban tewas secara artifisial, dan tidak membedakan antara warga sipil dan pelaku teror. Beberapa orang yang tewas diyakini adalah korban salah tembak roket milik teroris Palestina. (Reuters/AFP/Times of Israel)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...