ILO dan Bangladesh Luncurkan Program Perbaikan Standar Kerja Buruh Garmen
DHAKA, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Pemerintah Bangladesh telah meluncurkan program untuk memperbaiki standar kerja bagi hampir empat juta karyawan pabrik garmen di negara itu. Program yang dimulai tiga setengah tahun ke depan itu, seperti bisa dibaca di VOA News, diresmikan di Dhaka, hari Selasa (22/10).
Prakarsa itu terlaksana enam bulan setelah terjadi bencana terburuk dalam industri garmen negara itu yang menewaskan lebih dari 1.100 orang, dan menimbulkan sorotan pada kondisi kerja yang berbahaya di sektor yang sedang berkembang itu.
Wakil Direktur Jenderal untuk Operasi Lapangan Organisasi Buruh Internasional Gilbert Huongbo mengatakan fokus utama prakarsa baru itu adalah pelaksanaan efektif undang-undang perburuhan baru yang mengizinkan karyawan membentuk serikat kerja.
Huongbo mengatakan kepada VOA, serikat-serikat buruh bisa memainkan peran penting dalam mendapatkan standar kerja yang lebih baik bagi karyawan pabrik garmen di Bangladesh.
“Undang-undang perburuhan baru itu memberikan perlindungan yang jauh lebih baik bagi karyawan untuk bergabung dalam serikat buruh. Kebebasan persatuan lebih efektif. Pada masa lalu pembentukan serikat buruh sulit dilakukan. Jadi ini merupakan perbaikan dalam hal perundingan bersama,” Huongbo menjelaskan.
Sampai saat ini, para karyawan harus mendapat izin dari pemilik pabrik untuk membentuk serikat buruh , suatu hal yang tidak dikehendaki oleh majikan. Banyak keluhan adanya pelecehan yang disampaikan para pemimpin buruh.
Program tersebut juga akan berfokus pada keselamatan kerja yang lebih baik. Hal itu akan menyangkut pemeriksaan ribuan pabrik mengenai keamanan bangunan dan keamanan terhadap kebakaran.
Pabrik-pabrik yang tidak aman atau membahayakan akan diperbaiki. Berkaitan dengan hal itu, ILO menegaskan perlunya inspeksi yang bisa diandalkan.
Upah Terendah
Dua kecelakaan besar dalam setahun ini telah menekan Bangladesh untuk memperbaiki secara radikal kondisi kerja di pabrik-pabrik garmennya, yang memproduksi pakaian untuk merek-merek terkenal di dunia.
Pada November lalu sebuah pabrik pakaian terbakar menewaskan 110 karyawan. Sementara pada April tahun ini, lebih dari 1.100 orang karyawan tewas ketika gedung bertingkat delapan runtuh. Beberapa kecelakaan kecil juga tercatat terjadi dalam beberapa tahun belakangan.
Program baru tersebut juga mencakup rehabilitasi dan pelatihan bagi mereka yang cedera akibat bencana.
Gilbert Huongbo menambahkan, kalau rencana dilaksanakan, keadaan di sektor pabrik garmen akan membaik. Tetapi, dia menekankan perlunya berhati-hati.
Usaha memperbaiki kondisi kerja di Bangladesh itu didukung organisasi-organisasi aktivis seperti organisasi Clean Clothes Campaign yang berpusat di Eropa.
Pada Senin lalu, organisasi itu memulai kampanye “Membayar gaji yang memenuhi standar kehidupan” bagi karyawan pabrik garmen di Bangladesh dan negara-negara Asia lainnya. Upah minimum buruh di Bangladesh terendah di Asia, yaitu 38 dolar sebulan.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...