Sigrid Kaag: Suriah Sepenuhnya Kooperatif dalam Pemusnahan Senjata Kimia
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Suriah telah sepenuhnya bekerja sama dalam upaya pemusnahan program senjata kimia. Demikian dikatakan ketua misi bersama dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan PBB, hari Selasa (22/10) di Damskus, Suriah.
"Sejauh ini, Pemerintah Suriah telah sepenuhnya bekerja sama dalam mendukung kerja tim pendahulu dan misi bersama OPCW - PBB," kata Koordinator Khusus, Sigrid Kaag, dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan pada 17 lokasi sebagaimana dikonfirmasi OPCW hari itu. Terhadap 14 dari situs tersebut, para pengawas melakukan kegiatan yang berkaitan dengan perusakan peralatan penting untuk membuat fasilitas tidak lagi bisa dioperasikan.
"Sekretariat Teknis terus membantu Suriah di Damaskus dalam finalisasi pernyataan resmi awal yang mencakup senjata kimia dan fasilitas terkait," kata pernyataan OPCW dalam situsnya.
Pengungsi Hadapi Musim Dingin
Sementara itu, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) berpacu dengan waktu untuk membantu pengungsi Suriah mempersiapkan diri menghadapi musim dingin yang makin dekat, karena suhu di wilayah ini sudah menurun.
Juru Bicara UNHCR, Adrian Edwards mengatakan di Jenewa bahwa bantuan darurat telah dikirim untuk 2.500 orang yang dievakuasi dari Mouadamiya, sebuah pedesaan di pinggiran Damaskus, di mana ribuan orang masih diyakini terperangkap di sana.
Selain memantau kondisi umum dan masalah perlindungan bagi orang-orang terlantar, UNHCR menyampaikan bantuan berupa kasur, selimut, perlengkapan memasak, perlengkapan kesehatan dan higienis, serta bantuan lainnya.
Dijelaskan bahwa lembaga-lembaga kemanusiaan telah ditolak mendapatkan akses ke Mouadamiya selama berbulan-bulan, seperti disebutkan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Ketua OCHA, Valerie Amos, menegaskan seruannya pada hari terakhir kepada semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata dan permusuhan di sana. Hal itu untuk memungkinkan lembaga-lembaga kemanusiaan mendapat akses tanpa hambatan untuk mengevakuasi warga sipil yang tersisa dan memberikan pengobatan, serta menyelamatkan jiwa, memberikan bantuan perlengkapan di daerah itu, di mana pertempuran dan penembakan terus berlangsung.
Terjebak Pertempuran
Pekan lalu, melalui mitra lokal, UNHCR menyerahkan bantuan ke daerah yang sulit dijangkau, yaitu kota Raqqa, untuk lebih dari 10.000 orang. Raqqa terletak di Irak bagian utara yang merupakan tempat bagi pengungsi Suriah dari Deir es Zour dan Aleppo..
"UNHCR mengamati bahwa banyak pengungsi tinggal di bangunan yang tidak memiliki jendela, pintu dan listrik. Mereka sangat membutuhkan selimut, dan pemanas untuk menghadapi penurunan suhu di musim dingin,” kata Edwards.
Konflik di Suriah dimulai pada Maret 2011, dan telah merenggut lebih dari 100.000 jiwa, memaksa lebih dari dua juta orang meninggalkan rumah dan mengungsi di Negara tetangga, serta 4,5 juta terjebak di dalam negeri di tengah-tengah pertempuran.
" Hampir setiap kota di seluruh Suriah dipengaruhi oleh konflik, trauma, dan pengungsi," kata juru bicara itu.
Badan PBB khawatir dampak konflik pada orang-orang muda. Hampir dua juta di antara mereka putus sekolah dan semakin banyak yang sedang dieksploitasi untuk tenaga kerja atau direkrut ke dalam kelompok-kelompok bersenjata. (un.org)
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...