Imam Masjid Bordeaux: Pelaku Agresi Paris Cirikan Sikap Barbar
BORDEAUX, SATUHARAPAN.COM – Imam Masjid Bordeaux, Prancis, Tareq Oubrou, menyebut serangan yang menewaskan ratusan orang di Paris sebagai serangan yang tidak beraturan atau barbar.
"Kita tidak mengharapkan adanya agresi seperti ini, dan banyak orang akan menuduh ini adalah tindakan terorisme. Ini adalah pertama kalinya bahwa pelaku bom bunuh diri yang beroperasi di Prancis. Ini mencapai tingkat yang sangat maju dalam barbarisme dan terorisme,” kata Tareq seperti diberitakan media online Prancis, Sud Ouest, hari Minggu (15/11).
Baginya, saat ini Tareq merasa kebingungan dan serba salah dalam menghadapi tindakan yang dia sebut aksi barbarisme tersebut.
"Bagaimana merasionalisasi semua ini,” kata dia.
Tareq Oubrou menganggap tindakan terorisme ingin menyeret Prancis menjadi negara yang berada dalam keadaan perang dan tidak memiliki aturan.
“Teroris ingin melenyapkan kedamaian dan bertujuan menciptakan kekacauan dan perpecahan, kerusakan dalam sistem sosial dan politik. Mereka ingin menyeret kita dalam bentuk negara totalitarian. Jawabannya adalah Prancis harus jujur dan berani menegakkan nilai-nilai demokrasi, yang menjunjung tinggi martabat dan hak,” kata dia.
Tareq mengibaratkan saat ini Pemerintah Prancis harus membunuh raksasa bernama terorisme yang tunasnya selalu bermunculan setiap waktu.
Panggilan bagi Umat Muslim Prancis
Tareq memanggil umat Islam melakukan refleksi yang mendalam setelah beberapa agresi, termasuk Charlie Hebdo beberapa waktu lalu.
“Masyarakat Prancis secara umum menganggap bahwa aksi terorisme, Umat Muslim adalah umat yang mengalami kerentanan, kerapuhan dan dianggap eksklusif. Padahal tidak, karena bagi saya orang-orang yang berlatar belakang terorisme adalah orang yang tidak ingin menyatu. Menurut saya bila ada orang Prancis yang membunuh sesamanya untuk hal yang berbau asing, untuk surga yang bersifat virtual, atau imajiner, itu aneh,” kata dia.
“Sekarang kita berada di abad ke-21 Orang-orang muda (pelaku terorisme, Red) tidak tahu sejarah dunia Arab-Muslim karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang kuat tentang korelasi budaya dan agama pada jaman dahulu. Kemudian, mereka tidak mempelajari sejarah tentang negara tempat mereka tinggal.
Tareq menganalisa bahwa dalam buku-buku sejarah, di Prancis pada khususnya kurang banyak terdapat sumber bacaan tentang akulturasi budaya Islam.
“Akibatnya, mereka hanya menemukan keyakinan yang sifatnya fundamentalis yang, mohon maaf, mengarahkan mereka ke ekstremisme sempit,” kata dia.
Tareq menyesalkan hingga saat ini banyak orang muda yang menjadi target bagi perekrut fundamentalis. Dia menganggap bahwa generasi muda yang melakukan bunuh diri dan membunuh orang lain, akan masuk surga.
“Ini bukan urusan surga, karena generasi muda saat ini belum memiliki pemahaman yang jelas tentang makna surga secara luas dan mendalam,” kata dia.
Saat ini para politisi Prancis tidak memberi contoh baik karena sering beradu pendapat dan argumen, bahkan berkelahi di Parlemen Prancis, namun menurut Tareq, generasi muda tidak menganggap proses beradu argumentasi itu penting sebagai bagian demokrasi.
“Ketika kita melihat orang-orang muda Prancis putus asa, adalah akibat dari politisi yang menciptakan rasa ketidakadilan. Konsekuensinya, generasi muda Prancis menganggap situasi tersebut sebagai kebebasan untuk segelintir orang dan bukan untuk banyak pihak,” kata dia. (sudouest.fr)
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...