Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 06:27 WIB | Jumat, 22 Juli 2016

Inaca: Jalur Selatan Harus Diatur dengan Baik

Ilustrasi. Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri BUMN Rini Seomarno (kedua kiri), Menteri Perhubungan Ignasius Jonan (kiri), Gubernur Jambi Zumi Zola (kedua kanan) dan Presiden Direktur PT. Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi (kanan) melakukan penekanan tombol sirine tanda diresmikannya bandara baru Bandara Sultan Thaha, Jambi, Kamis (21/7). Bandara s ini nantinya akan mampu menampung 1,6 juta penumpang dan akan menjadi bandara percontohan bandara - bandara kecil di bawah naungan PT. Angkasa Pura II serta menjadi Ikon baru Provinsi Jambi. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM -  Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (Inaca) menilai penerbangan Jalur Selatan Jawa harus diatur dengan baik agar tidak berbenturan dengan kegiatan kemiliteran. 

Sekretaris Jenderal Inaca Tengku Burhanuddin, Kamis, menilai pengaturan tersebut harus dilakukan karena umumnya jadwal latihan atau penerbangan yang dilakukan TNI AU bisa sewaktu-waktu berubah. 

"Risiko adanya jalur Selatan Jawa ini, kita juga harus menyesuaikan karena kalau mereka sedang latihan, penerbangan sipil mau tidak mau harus `suspend` (ditunda) atau `delay` (terlambat), contohnya di Halim Perdanakusuma," katanya. 

Namun, menurut dia, dengan dibukanya jalur penerbangan Selatan Jawa tersebut akan menambah frekuensi penerbangan yang saat ini meningkat setiap tahunnya sekitar 12 persen. 

Selain itu, menurut dia, jalur penerbangan Selatan Jawa cenderung lebih pendek jaraknya dibandingkan dengan jalur Utara, sehingga bisa menghemat biaya operasional dari segi pengeluaran avtur. 

"Jadi `multiplier effect`-nya sangat banyak sekali sampai 12 kali lipat, tentunya ini harus diatur dengan baik demi kepentingan bersama," katanya. 

Ditemui terpisah, Direktur Navigasi Penerbangan Kementerian Perhubungan Novie Riyanto mengatakan rencana pengoperasian Jalur Selatan Jawa sedang dalam pembahasan dengan TNI AU dan saat ini tinggal menentukan pembagian jam operasional, baik untuk penerbangan sipil maupun kegiatan militer. 

"Kita maunya jam-jam padat yang komersil juga buat maskapai, kalau dikasihnya jam sembilan sampai 12 malam, siapa yang mau terbang," katanya. 

Selain itu, Novie mengatakan TNI AU juga meminta jalur tersebut agar tidak melintasi wilayah khusus, seperti di Madiun. 

"Mereka tidak mau jalur tersebut terlalu dekat dengan wilayah `restricted` mereka, setidaknya jaraknya 70 nautical mile," katanya. 

Sementara itu, Direktur Pengembangan Layanan dan Teknologi Informasi Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) New In Hartaty Manulang mengatakan rute-rute di Jalur Selatan Jawa tengah dalam proses finalisasi. 

"Kita akan memanfaatkan teknologi kita, tidak `point to point` tapi penggunaan satelit, jadi jalur ini lebih pendek dan efektif," katanya. 

Presiden Joko Widodo telah menyetujui pemanfaatan jalur penerbangan Selatan Jawa untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di wilayah Utara Jawa. 

Penggunaan Jalur Selatan itu rencananya akan dilakukan dan dievaluasi pada 17 Agustus-17 September 2016. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home