Indonesia Butuh Jutaan Pekerja Terampil Hadapi MEA
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia membutuhkan jutaan tenaga kerja yang terampil untuk menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang telah dimulai pada akhir tahun 2015.
"Presiden selalu mengingatkan agar kita menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas dalam jumlah jutaan, bukan ratusan ribu lagi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam keterangan tertulis saat membuka rapat koordinasi Penyiapan Tenaga Kerja Sektor Prioritas, di Jakarta, hari Kamis (8/12).
Menurut dia, saat ini pemerintah tengah menggodok sejumlah rencana penyiapan tenaga kerja di sektor prioritas, yang sesuai perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Darmin mengatakan, ada delapan profesi yang masuk dalam kebijakan pasar bebas seperti tercantum dalam ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA).
"MRA masing-masing profesi telah menetapkan standar dan kompetensi yang diperlukan di kancah ASEAN. Nantinya, Indonesia bisa menerima tenaga kerja dari negara-negara ASEAN untuk profesi-profesi ini, begitu juga sebaliknya," jelas dia.
Delapan profesi itu adalah insinyur, arsitek, tenaga pariwisata, akuntan, dokter, dokter gigi, surveyor, dan perawat, katanya.
Sedangkan sektor prioritas dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berjumlah 12 sektor, yakni produk berbasis agro, produk berbasis karet, produk berbasis kayu, e-ASEAN, kesehatan, transportasi udara, elektronika, pariwisata, tekstil dan produk tekstil, perikanan dan produk perikanan, otomotif, dan jasa logistik, tambah dia.
Upaya mencetak tenaga kerja terampil yang dibutuhkan industri, jelas dia, pemerintah pun merancang pendidikan dan pelatihan vokasi yang diprioritaskan di bidang pembangunan infrastruktur, sertifikasi tanah rakyat, industri manufaktur, farmasi, dan pariwisata.
"Untuk menyediakan tenaga kerja besar-besaran, kita butuh tempat pelatihan dengan peralatan yang benar-benar seusai dengan yang dibutuhkan industri. Jadi kalau lulus, tak perlu ada adjustment lagi," ujar Darmin.
Karena itu, Darmin menegaskan perlunya identifikasi mengenai profesi apa saja yang dibutuhkan industri, termasuk industri dengan skala yang besar agar bisa dilihat dari sisi demand-nya.
"Kalau tidak begitu, kita tidak akan pernah melahirkan kelembagaan yang kuat untuk pelatihan dan sertifikasinya," katanya menegaskan. (Ant)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...