Indonesia Dukung Rekonstruksi dan Deradikalisasi di Marawi
MANILA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mendukung proses rekonstruksi dan rehabilitasi, termasuk deradikalisasi di Marawi, yang telah dibebaskan Pemerintah Filipina dari penguasaan kelompok radikal beberapa waktu lalu.
Komitmen kesiapan Indonesia itu telah disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri Trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina, yang dihadiri Menlu Filipina Alan Peter Cayetano dan Menlu Malaysia Dato’ Sri Anifah, di Hotel Diamond, Manila, hari Minggu (12/11).
Retno mengakui, bahwa rekonstruksi dan rehabilitasi adalah tugas yang sangat berat. Namun dengan dukungan dan kerja sama, termasuk melalui Trilateral, ia meyakini tugas ini akan bisa diselesaikan.
“Indonesia, menunggu Pemerintah Filipina untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan bagi upaya rekonstruksi dan rehabilitasi,” kata Menlu Retno kepada wartawan di Hotel Diamond, Manila, Filipina, Minggu (12/11) malam.
Selain rekonstruksi dan pembangunan infrastruktur, lanjut Retno, salah satu fokus dukungan Indonesia terkait dengan sektor pendidikan dan deradikalisasi. Ia mennyampaikan kesiapan membantu pengembangan kurikulum pendidikan agama, pengiriman ulama untuk menyebarkan nilai Islam sebagai rahmatan lil alamin melalui madrasah, serta menyediakan lebih banyak beasiswa untuk para pelajar dan mahasiswa asal Marawi.
“Indonesia siap berbagi pengalaman dengan Filipina dalam proses deradikalisasi dan reintegrasi di Marawi,” katanya.
Lawan Terorisme
Pada bagian lain keterangannya, Menlu Retno Marsudi mengemukakan, keberhasilan Pemerintah Filipina membebaskan kota Marawai memberikan pesan kuat bahwa kita bisa mengalahkan terorisme dan ekstremisme melalui kerja sama.
Namun demikian, Retno mengingatkan, bahwa pembebasan Marawi bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah awal dari tugas yang lebih besar lagi, yakni mewujudkan pembangunan dan perdamaian berkelanjutan di Marawi dan di kawasan.
Dengan telah berhasil dikuasainya kembali kota Marawi, menurut Retno, langkah penting berikutnya adalah melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur, reintegrasi, penyelesaian akar permasalahannya, serta penguatan kerja sama guna mencegah terulangnya kembali tragedi seperti yang terjadi di Marawi.
Untuk itulah, lanjut Retno, Indonesia, menunggu Pemerintah Filipina untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan bagi upaya rekonstruksi dan rehabilitasi.
Dalam pertemuan trilateral itu, Retno menyampaikan, bahwa secara khusus, Menlu Filipina Alan Peter Cayetano menyampaikan apresiasi tinggi atas dukungan dan bantuan Indonesia dan Malaysia dalam pembebasan kota Marawi.
Dijelaskan Retno, mengingat semakin kompleksnya tantangan keamanan, termasuk mencegah terulangnya situasi seperti di Marawi, Indonesia telah berinisiatif menyampaikan draf Rencana Aksi (Plan of Action) beserta peta jalan (Road Map), yang secara sistematis memuat aktivitas konkret kerja sama Trilateral.
Kegiatan konkret ini, jelas Retno, terbagi menjadi tiga bagian, yakni jangka pendek, menengah dan panjang.
“Kedua dokumen ini selanjutnya akan dibahas secara lebih mendalam dalam Pertemuan Trilateral berikutnya, yang rencananya akan diselenggarakan di Indonesia awal tahun depan,” katanya.
Pertemuan Trilateral ini merupakan tindak lanjut dari Pertemuan Trilateral sebelumnya pada Juni lalu. Retno menjelaskan, kerja sama antara Indonesia, Malaysia dan Filipina ini dibentuk untuk meningkatkan efektivitas penanganan kejahatan terorganisasi lintas negara, terutama terorisme, khususnya di Laut Sulu dan Sulawesi. (setkab.go.id)
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...