Inggris Menyalahkan Pemerintah Suriah Atas Kegagalan Pembicaraan Jenewa
JENEWA, SATUHARAPAN.COM Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, mempersalahkan pemerintah Suriah atas kegagalan pembicaraan damai untuk mengakhiri perang saudara di Suriah yang berakhir hari Sabtu (15/3). Namun dia mengatakan bahwa proses pembicaraan Jenewa harus terus berlanjut.
"Ini tidak bisa menjadi akhir dari perjalanan. Perang di Suriah menyebabkan lebih banyak kematian dan kehancuran setiap hari, kita berutang kepada rakyat Suriah untuk melakukan semua yang kami bisa untuk membuat kemajuan menuju solusi politik," kata Hague.
Hague mengatakan bahwa Inggris juga akan terus mendorong resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi "penderitaan kemanusiaan yang mengerikan di Suriah".
Sejauh ini, satu-satunya kesepakatan dalam negosiasi terbaru adalah untuk memungkinkan warga sipil untuk meninggalkan kota yang terkepung di Homs dan bantuan bisa masuk.
Para wartawan mengatakan setidaknya 5.000 orang diyakini telah meninggal akibat perang di Suriah selama putaran pertama pembicaraan Jenewa dimulai pada 22 Januari.
Sikap AS
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan pada hari Jumat (14/2) bahwa dia sedang mempertimbangkan cara untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada Presiden Suriah Bashar Al-Assad, meskipun dia tidak mengharapkan resolusi dalam jangka pendek.
Berbicara di California, di mana dia bertemu Raja Yordania, Abdullah, Obama mengatakan, "Akan ada beberapa langkah perantara yang bisa kita ambil untuk lebih menekan rezim Al-Assad dan kami akan terus bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk mencoba bergerak maju pada solusi diplomatik."
Namun Obama tidak mengungkapkan langkah-langkah apa yangakan diambil.
Tampak Suram
Pembicaraan damaii Suriah di Jenewa berada pada masalah yang berkutat pada agenda yang dibicarakan, dan sejauh ini menemui jalan buntu. Hari terakhir putaran pembicaraan kedua dalam tiga pekan ini disebut para diplomat Barat sebagai "ujian besar apakah proses ini akan bergerak maju atau tidak.
"Kami berada dalam jalan buntu, dan aku tidak tahu apakah kita akan keluar atau tidak," kata diplomat itu menambahkan dan memperingatan prospeknya tampak suram.
Pada Jumat pagi, Wakil Khusus Gabungan PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, bertemu secara terpisah dengan pihak pemerintah dan koalisi oposisi dalam upaya memecahkan kebuntuan pembicaraan.
"Kalau (mereka) tidak bisa mendapatkan kesepakatan mengenai agenda, saya tidak tahu bagaimana Brahimi akan menjalankan putaran tiga," kata diplomat itu.
Namun demikian, masih ada harapan bahwa perundingan akan dilanjutkan. Brahimi dalam konferensi pers, hari Sabtu (15/2) seusai pertemuan kedua pihak yang hanya berjalan kurang dari setengah jam, mengatakan bahwa secara bulat kedua pihak sepakat untuk bertemua kembali. Namun Brahimi tidak menjalaskan kapan hal itu akan dilakukan.
Sejak awal perundingan pada 22 Januari lalu, masalah agenda pembicaraan menjadi titik yang paling keras untuk kedua delegasi pemerintah dan opoisis bisa menyepakati. Pihak pemerintah bersikeras membahas aganda secara tuntas masalah keamanan dan terorisme, sementara pihak oposisi menghendaki pembahasan tentang pemerrintah transisi sesuai komunike Jenewa 2012. (AFP / BBC)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...