Inggris Tolak Terlibat Kuota Pengungsi Uni Eropa
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri David Cameron membela keputusan Inggris untuk tidak terlibat dalam sistem kuota mengikat guna menampung pengungsi saat usulan itu diumumkan di Brussel, kantor pusat Uni Eropa.
Ketua Komisi Uni Eropa (UE) Jean-Claude mengumumkan “rencana berani” untuk membagi 160 ribu pengungsi dengan sejumlah negara anggota guna meredakan krisis imigran terbesar Eropa sejak Perang Dunia II, ketika Yunani, Italia dan Hongaria berjuang mengatasi gelombang masuk pengungsi dari Suriah dan sejumlah negara lainnya.
Dalam usulan Juncker, Jerman harus menerima minimal 31.000 migran, Prancis 24.000, dan Spanyol 15.000. Sisanya dibagi merata ke negara-negara Eropa lain sesuai kemampuan. Distribusi pengungsi yang adil di semua negara anggota diharapkan dapat meringankan beban ketiga negara tersebut.
“Jika semua fokus terletak pada pendistribusian kembali kuota pengungsi di seluruh Eropa, itu tidak akan menyelesaikan masalah dan pada akhirnya memberikan pesan kepada orang-orang bahwa sebenarnya pergi menggunakan perahu dan melakukan pelayaran berbahaya merupakan gagasan yang bagus,” kata Cameron di parlemen, hari Rabu (9/9).
“Eropa sudah menemukan jawabannya, bagi negara-negara yang menjadi bagian dari perjanjian Schengen. Inggris, yang memiliki perbatasannya sendiri, memiliki kemampuan untuk membuat keputusan berdaulat.”
Inggris merupakan perkecualian dari kebijakan pencari suaka dan imigran Uni Eropa serta Cameron sudah menyatakan secara jelas bahwa negaranya tidak ingin terlibat dalam sistem kuota apa pun.
Hari Senin (7/9), Cameron berkomitmen untuk menampung 20 ribu pengungsi Suriah selama lima tahun mendatang dari sejumlah kamp dekat wilayah perbatasan negara yang bergejolak.
Namun, para anggota dari Partai Buruh mengatakan komitmen itu tidak cukup memadai karena Inggris gagal menangani banyak pengungsi yang sudah mencapai wilayah pesisir Eropa.
Ditekan oleh pemimpin sementara Partai Buruh Harriet Harman mengenai jumlah pengungsi yang akan ditampung Inggris tahun ini, Cameron menolak untuk memberi jumlah pastinya namun mengatakan tidak akan ada batasan.
“Kami berkomitmen untuk menampung 20 ribu pengungsi, saya ingin kami konsisten dengan jumlah tersebut,” ujarnya.
Tidak semua negara menerima usulan kuota minimal dari Juncker. Negara-negara Eropa timur seperti Hongaria sudah menegaskan menolak rencana Uni Eropa.
Jumlah 160.000 pengungsi yang akan didistribusikan juga sebenarnya masih jauh di bawah angka kedatangan ke Eropa pada tahun ini. Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mencatat bahwa sudah lebih dari 380.000 orang tiba di Eropa sepanjang 2015 dan jumlah itu akan akan terus naik.
Sebanyak 260.000 di antara mereka kini berada di Yunani sementara sisanya di Italia. Menurut UNHCR, sekitar 85 persen di antara mereka merupakan pelarian konflik dari Suriah, Irak, dan Afghanistan.
Di sisi lain, negara-negara di luar Eropa juga mulai membuka pintu bagi kedatangan pengungsi. Australia berjanji akan menampung 12.000 pengungsi yang ingin berlindung dari konflik di Suriah dan Irak.
Venezuela juga berjanji akan menerima 20.000 pengungsi, Brazil menyatakan akan menyambut migran dengan "tangan terbuka", sementara Chile berkomitmen menampung pengungsi migran "dengan jumlah besar."
Selain itu, Provinsi Quebec di Kanada akan menampung 3.650 orang pada tahun ini sementara Washington masih mempertimbangkan cara bagaimana menyediakan pertolongan lebih. (AFP)
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...